Selasa, 20 Juli 2010

ASKEP GASTRITIS

GASTRITIS


I.Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa lambung. Secara histopatologi dap[at dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Berdasarkan pada manipestasi klinik, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
Gastritis akut adalah implamasi akut mukosa lambung. Sedangkan gastritis kronik merupakan impiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra efitelia terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu sel-sel limposit dan sel plasma.
II. patofisiologi
II.a. Gastritis Akut.
masalah gastritis belum diketqahui yang pasti terdapat gangguan keseimbangan pertahanan mukosa lambung normal dengan sekresi asam lambung yang agresif.Faktor-faktor yang amat penting adalah iskemia pada mukosa gaster, disamping paktor pepsin, refluks empedu dan cairan pancreas.
Aspirin dan anti implamasi non steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktifitas siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu factor defensip mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat produksi prostaglanding mukosa, aspirin dan obat anti implamasi nonsteroid dapat merusak mukosa secara tropical. Kerusakan tropical terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosit sehingga dapat merusak sel-sel efitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat anti implamasi non steroid dapat juga menurunka sekresi bikarbonat dan mucus oloeh lambung sehingga kemampuan factor defensive terganggu.
II.b. gastritis Kronik.
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan secara histology dan secara anatomi.secara histologi dibagi dalam empat klasifikasi yaitu:
a. Gastritis super pisialis apabila dijumpai sel-sel radang kronik terbetas pada lamina propria mukosa superpisial dan edema yang memisahkan kelenjar-
b.
kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh sering dikatakan gasrttritis keronis superpisialis merupakan permulaan gastritis kronis.
b. Gastritis kronis atropik sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi dan destruksi selkelenjar mukosa lebih nyata dan dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superficial.
c. Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu stuktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang menurun. Mukosa menjadi sangat tipis sehingga pembulu darah menjadi terlihat pada pemeriksaan endoskopi.
d. Metaplasia intestinal, suatu perubahan histologis kelenjar-kelenjar mukosa lambung menjadi kelenjar-kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
Secara anatomis,gastritis kronik dapat dibagi menjadi:
a. gastritis kronik korpus sering juga disebut gastritis tipe A Perebahan-perubahan histology terjadi terutama pada korpus dan pundus lambung. Gastritis tipe A sering dihubungkan dengan proses auto imun, dan lanjut menjadi anemia pernisiosa. Sel parietal yang mengandung kelenjar mengalami kerusakan sehingga sekresi asam lambung menurun.dan menyebabkan gangguan absorbsi vitamin B12 yang menimbulkan anemia pernisiosa.
b. Gastritis kronik antrum. Disebut sebagai gastritis tipe B gastritis tipe ini mempunyai hubungan dengan kuman Helicobacter pylori.
c. Gastritis tipe AB merupakn gastritis kronik yang distribusi anatominya menyebar keseluruh gaster. Penyebaran ke arah korpus cenderung meingkat dengan bertambahnya usia.
lll. ETIOLOGI
lll.a. gastritis akut.
Gastritis akut dapat terjadi tampa diketahui penyebanya, tetapi diduga paktor predis posisinya dapat disebabkan oleh diet yang semberono, makan yang terlalu banyak, makan yang terlalu cepat, makan makanan yang terlalu berbumbu, atau makanan yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab lain dapat mencakup alcohol, aspirin, refluks empedu atau trapi radiasi. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa lambung menjadi ganggreng atau perforasi.Keadaan klinis yang sering menimbulkan gastritis erosive misalnya trauma yang luas operasi besar,



gagal ginjal, gagal napas, penyakit hati yang berat, renjatan, luka baker yang luas, trauma kepala dan septicemia.
lll.b. Gastritis Kronis.
Etiologi Gastritis kronik yaitu aspek imunologis dan aspek bakteriologis (Helicobacter Pylori).
Hubungan antara system imun dengan gastritis kronik dapat dilihat dengan ditemukannya autoantibody terhadap paktor intrinsic lambung.dan sel pariental.pada pasien anemia pernisiosa.
lV. Manipestasi klinis.
Gejala klinis pada pasien gastritis dapat mengalami mual, muntah, nyeri uluhati, anoreksia, Ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi, sakit kepala, lesu, cegukan, rasa asam dalam mulut, sendawah.
V. Evaluasi diagnostic.
Evaluasi diagnostic dapat ditegakkan dengan pemeriksaan gastroideudoneskopi,gastroskopi, endoskopi, pemeriksaan sinar x gastro intestinal atas, pemeriksaan histologis. Tes serologis digunakan untuk mendeteksi H. Pylori.
VI. Penata laksanaan
VI.a. gastritis akut.
• Pantang minum alcohol dan makan makanan sampai gejala menghilang, ubah menjadi diit yang tidak mengiritasi.
• Jika gejala menetap mungki diperlukan cairan intra vena
• Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum seperti aluminuium hidroksida, untuk menetralisasi alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
• Jika korosi parah, hindari emetic dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
VI.b. gastritis kronik.
• Memodifikasi diet pasien.
• Meningkatkan isrtirahat
• Mengurangi stress.
• Memulai farmakoterapi
• H.Pylori dapat di atasi dengan antibiotic ( tetra ciclin, metronidasol, klaritromisin dan amoxisilin).


VII. Proses keperawatan.
a. Pengkajian.
Pada tahap pengkajian perawat perlu menanyakan kepada klien antara lain:
1. Apakah pasien mengalami nyeri uluhati, mual, muntah dan tidak dapat makan.
2. apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesufdah makan, setelah mencerna makanan pedas, atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu atau alcohol.
3. Apakah gejala berhubungan dengan ansetas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak atau makan terlalu cepat.
4. tanyakan bagaimana gejala hilang.
5. adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung
6. apakah ada keluarga yang mempunyai gejala serupa dengan klien.
7. apakah pasien memuntahkan darah.
b. Diagnosa keperawatan.
1. Ansietas berhubungan degan pengobatan.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
4. kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
5. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
c. Intervensi
Tujuan utama asuhan keperawatan pada klien gastritis ialah untuk mengurangi ansietas, menghindari makanan pengiritasi dan menjamin masukan nutrisi adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, meningkatkan kesadaran tentang penatalaksanaan diet, dan menghilangkan nyeri.
1. Ansietas.
a. Berikan terapi pendukung pada pasien dan keluarga selama pengobatan dan setelah mencerna asam atau alkali yang telah di netralisasi atau di encerkan
b. Siapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic (endoskopi) atau pembedahan.
c. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang prosedur tindakan dan pengobatan .
2. Nutrisi.
a. Beri dukungan fisik dan emosi dan Bantu klien dalam menghadapi gejala.
b. Beri penjelasan kepada klien untuk tidak makan dan minum sampai gejala akut berkurang.
c. Berikan terapi intra vena bila di perlukan.
d. Pantau terapi intra vena.
e. Berikan makanan yang tidak mengiritasi bila gejala berkurang
f. Evaluasi dan laporkan gejala yang timbul setelah pemberian makanan.
g. Hindarkan makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung
3. Keseimbangan cairan.
a. pantau masukan dan haluaran setiap hari.
b. Berikan cairan intra vena bila perlukan
c. Pantau tanda-tanda vital klien sesuai kebutuhan dan kondisi klien.
4. nyeri
a. Intruksikan kepada klien untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung.
b. Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan klien.
c. Berikan analgetik sesuai indikasi.
d. Kaji TTV klien
5. Pengetahuan
a. Evaluasi pengetahuan klien tentang gastritik.
b. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang diit klien
c. Beri klien atau keluarga daftar zat-zat yang harus di hindari.
d. evaluasi
hasil yang diharapkan antara lain:
1. menunjukkan pberkurannya ansietas.
2. menghindari makan makanan pengiritasi atau minuma yang mengandung kapein atau alcohol.
3. mempertahankan keseibangan cairan.
a. mentoleransi terapi intra vena sedikitnya 1,5 liter setiap hari.
b. Minum 6-8 gelas air setiap hari.
c. Mempunyai haluaran urin kira-kira 1 litewr setiap hari.
d. Menunjukkan turgor kulit yang adekuat.
e.
4. memmatuhi program pengobatan.
a. memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi.
b. Menggunakan obat-obatan sesuai indikasi.
5. melaporkan nyeri berkurang.




































PEMBAHASAN KASUS

1. DATA DEMOGRAFI.
a. Biodata
Nama
Usia
Tempat,tanggal lahir
Jenis kelamin
Anak ke
Nama ayah
Nama ibu
Pendidikan ayah
Pendidikan ibu
Agama
Suku/bangsa
Alamat

Tanggal masuk
Diagnosa medis
Sumber imformasi :An. S
:14 thn
:Makassar, 19 agustus 1991
:Laki-laki
:2
:Usman
:Rina
:S1
:SMA
:Islam
:Makassar
:Tanjung bira no 12

:17 januari 2005
:Gastritis
:-

II. Riwayat keperawatan.
1. Keluhan Utama: Nyeri epigastrium, mual muntah
2. Riwayat keperawatan sekarang
2.1.Riwayat Keluhan utama





2.2. Lama keluhan
2.3. Akibat timbulnya keluhan






2.4. Factor yang memperberat
2.5. Upaya untuk mengatasi
2.6. lainnya Keadaan ini dialami 2 hari sebelum masuk rumah sakit, muntah lebih dari 3 x berisi sisa-sisa makanan, nafsu makan menurun, Nyeri efigastrium tetapi tidak terus menerus hanya dirasakan ketika klien banyak bergerak, klien merasa lemas dan ketika berdiri terasa pusing.
2 hari
Makan makanan pedis dan berminyak






Pola makan yang tidak teratur
Mengkomsumsi promag
-

3. Riwayat keperawatan sebelumnya:
3.1. (1). Prenatal
(2). Natal
(3). Post natal
3.2. Luka operasi
3.3. Alergi
3.4. Pola kebiasaan
3.5. Tumbuh kembang
3.6. Imunisasi
3.7. Status gizi
3.8. psikososial
3.9. interaksi
Baik
Baik
Baik
Tidak ada
Tidak ada
-
Baik
Teratur
Baik
Baik
Baik


4. riwayat genogram

















Keterangan:

/ : Laki-laki /Perempuan
: Meninggal
: Klien

III. Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum klien



2) Kepala



3) Kulit

4) Mata



5) Telinga


6) Hidung


7) Mulut


8) Leher



9) Dada dan paru-paru


10) Jantung

11) Abdomen Ekspresi wajah klien nampak cemas, ekspresi meringis bila nyeri menyerang dan bila daerah epigastrium ditekan. Kebutuhan aktivitas dilakukan di tempat tidur.
kulit kepala bersih rambut tidak mudah tercabut, tidak terdapat massa,tidak ada nyeri tekan pada
kepala, klien merasa pusing, penyebaran rambut merata dan teratur.
Kulit kering, tuirgor kulit bagus, tidak ada lesi pada kulit, warna kulit sawo matang
Gerakan bola mata dapat mengikuti gerakan jari perawat, tidak ada peradangan, tidak ada penonjolan bola mata, konjuntiva tidak anemi, reaksi pupil mengecil jika terkena cahaya
Kemampuan mendengar klien baik, tidakl ada serumen, simetris kiri dan kanan, tidak ada infeksi, tidak ada nyeri tekan
Klien dapat membedakan bau, simetris kiri dan kanan, tidak ada peradangan pada hidung, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
produksi saliva normal, fungsi mengunyah baik, fungsi mengecap baik, lidah tampak kotor, tidak ada pembengkakan pada daerah mulut.
Tidak ada pembesaran pada kkelenjar tiroid, tidak teraba massa pada leher, tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe, tidak ada peninggian pada vena jugularis
Bentuk dada normal, frekuensi napas 17x/mnt, mengikuti gerak napas, dada simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan. Bunyi nafas normal.
Denyut apeks teraba pada ics 4-5, bunyi jantung normal,tidak ada bisin g jantung.
Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat massa dan pembesaran, nyeri tekan epigastrium, peristaltic 25 x/mnt, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, tidak terdapat pembesaran hepar.
Tidak terdapat udema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelainan tulang.

DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
i. Klien mengatakan nyeri epigastrium tetapi tidak terus menerus
ii. Klien mrngatakan kurang nafsu makan
iii. Klien mengeluh kepala pusing jika berdiri
iv. Klien mengatakan badan terasa lemah.
v. Klien mengatakan mual muntah lebih dari 3 x berisi sisa makanan.
vi. Klien mengatakan kurang nafsu makan.
vii. Klien mengatakan nyeri bertambah bila banyak bergerak.
viii. Klien mengatakan badan lemas. i. Klien nampak lemah.
ii. Ekspresi wajah meringis.
iii. Porsi makan tidak dihabiskan.
iv. Nyeri tekan pada daerah epigastrium.
iv. ADL dibantu.
v.
v Tanda-tanda vital:
TD = 100/70 mmHg
Napas = 17 x/mnt
Nadi = 80 x/mnt
Suhu = 36,5 C







ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1




















2.


















3..
DS:
- Klien mengatakan nyeri ulu hati.
- Klien mengatakan nyeri bertambah
bila banyak bergerak.
DO:
- Ekspresi wajah meringis.
- Enyeri tekan pada daerah epigastrium.
- TTD :
TD = 100/70 mmHg
Napas = 17 x/mnt
Nadi = 80 x/mnt
Suhu = 36,5 C









DS
- KLien mengatakan mual muntah lebih dari 3 x berisi sisa makanan
-Klien mengatakan nafsu makan menurun
DO :
- Klien nampak lemah,
- Porsi makan tidak dihabiskan













DS :
-Klien mengatakan badan terasa lemah
-Klien mengatakan kepala pusing ketika berdiri
DO :
- Klien nampak lemah
- ADL dibantu Makanan tidak teratur


Asam lambung


Iritasi mukosa lambung


Merangsang pengeluaran zat radikinin, histamine dan serotin.


Dihantar ketalamus


Korteks serebri-


Nyeri

Makanan tidak teratur


Asam lambung



Iritasi mukosa lambung


Merangsang medulla


Mual-muntah


Intake tidak adekuat


Nutrisi kurang dari kebutuhan


Intake tidak adekuat


Energi kurang


Kelemasan fisik


Intoleransi aktivitas Nyeri




















Nutrisi kurang dari kebutuhan



















Intoleransi aktivitas

Tidak ada komentar: