Sabtu, 14 Agustus 2010

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ENSEFALITIS

BAB I
PENDAHULUAN.

I.1 Defenisi
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai mikroorganisme. Infeksi virus pada jaringan otak ini hampir selalu merupakan penyebaran agen penyebab dari suatu tempat ke tempat yang lain, dimana biasanya terjadi degenerasi sel saraf yang luas disertai udema dan pembengkakan yang hebat.Infeksi pada susunan saraf pusat ini dapat mengenai jaringan otak (ensefalitis) atau menyingen (meningitis), keduanya dapat memberikan respon imun dan peradangan yang menyebabkan pembengkakan dan udema didalam atau disekitar otak sehingga terjadi peningkatan tekanan intracranial.
I.2 Etiologi.
Mikroorganisame yang dapat menimbulkan ensefalitis antara lain bakteri, protozoa, cacing, jamur dan virus. Penyebab yang terserimng dan terpenting adalah virus, dimana virus langsung menyerang otak atau reaksi radang karena infeksi sistemik. Ensefalitis biasanya berkaitan dengan kematian neuron-neuron akibat mikroorganisme penyebab..
Jenis virus yang dapat menyebabkan ensefalitis sesuai dengan jenis dan epidemiologinya antara lain:

 Inveksi virus yang bersifat epiodemik: Poliomyelitis.
 Inveksi virus yang bersifat sporadic;rabies
 Ensefalirtis pasca infeksi: pasca morbili.
I.3. Gejala klinis
Gejala klinis yang biasa ditemukan anatara lain sebagai berikut:
- Suhu tubuh yang mendadak naik
- sering kali ditemukan hiperpireksia
- kesadaran dengan cepat menurun,
- sebelum kesadaran menurun sering mengeluh nyeri kepala, muntah
- kejang – kejang dapat bersifat umum
- Gejala serebrum dapat beraneka ragam dimana dapat timbul secara sendiri-sendiri atau bersama-sama misalnya varesis atau paralysis dan apasia.
- Liquor serebrospinal sering dalam batas normal
- kadang ditemukan sedikit peninggian jumlah sel, kadar protein dan glukosa.
- Nyeri tenggorokan
- Malaise, nyeri estremitas


I.4. Diagnosis
Diagnosis etiologi dapat ditegakkan dengan cara:
1. Biakan: darah, likuor serebrospinal jaringan otak dan dari veses
2. Pemeriksaan serolohgis.
3. Pemeriksaan patologi anatomi.
I.5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada kasus ensefalitis adalah:
- Retardasi mental
- Iritabel
- Gangguan motorik.
- Epilepsi.
- Emosi tidak stabil.
- Sulit tidur.
- Halusinasi.
- Anak menjadi perusak.



BAB II
PROSES KEPERAWATAN

II.1 Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala: Perasaan tidak enak (Malaise).
Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.
Tanda: Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan,gerakan involunter. Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala :Adanya riwayat kardiopatologi.
Tanda :tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial dan pengaruh pada pusat vasomotor), takikardi.
3. Eliminasi.
Tanda :Adanya inkontenensia dan atau retensi.
4. Makanan/Cairan
Gejala :Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan pada pase akut.
Tanda :anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membrane mukosa kering.


5. Higiene.
Tanda :Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada periode akut).
6. Neurosensori.
Gejala:sakit kepala merupakan gejala pertama dan biasanya berat, paretesia,terasa kaku pada semua persarapan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf cranial). Ketulian juga bias terjadi atau hipersensitik terhadap ebisingan, serta terdapat halusinasi penciuman atau sentuhan.
Tanda: - erjadi retargi sampai kebingunan yang berat hingga koma.
- delusi dan halusinasi / psikosik organic.
- afasia/kesulitan dalam berkomunikasi
- pupil mengalami unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya akibat peningkatan tekanan intracranial
- Bola mata bergerak secara terus menerus.
- Ptosis (kelopak mata atas jatuh).
- Karakteristik pasial (Wajah): perubahan pungsi saraf motorik dan sensorik (saraf cranial V dan V11 terkena).
- Terjadi spastic.
- Terjadi Hemiparese atau hemiplagia

7. Nyeri/Kenyamanan.
Gejala: Sakit kepala (berdenyut dengan hebat,frontal) mungkin akan diperburuk oleh ketegangan leher, punggungkaku, nyeri gerakan ocular, fotosensitivitas, tenggorokan nyeri.
Tanda: Tampak terus terjaga, perilaku distraksia/gelisah, menangis, mengaduh dan mengeluh.
8. Pernapasan.
Tanda:Peningkatan kerja pernapasan, perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah.
9. Keamanan.
Gejala: - Adanya riwayat infeksi saluran napas atas, meliputi: Mastoiditis, telingah tengah, sinus.
- Gangguan penglihatan.
Tanda: - Diaforesis, suhu meningkat dan menggigil.
- Adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan sub kutan.
- Kelemahan secara umum : tonus otot flaksis atau spastic, Paralisis atau paresis, terjadi gangguan sensasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran.
Gejala: Masalah medis sebelumnya seperti penyakit kronis/gangguan umum,alkoholisme,DM,spenektomi,implantasi pirau ventrikel.
II.2. Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil Dan Intervensi
1. resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi baru
Kriteria evaluasi:
a. Tidak terdapatnya tanda-tanda infeksi seperti Rubor, dolor, tumor, fungsiolesa, kalor
b. Tidak ada pus pada daerah kulit yang rusak
c. Tidak ada infeksi dari kateter dan nfuse set
d. Tidak terjadi abses otak atau meningitis
Intervensi.
1. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melaklukan tindakan keperawatan secara aseptic dsan anti septic.
Rasional: Untuk mencegah infeksi nosokomial
2. Monitor suhu tubuh dan penurunan kesadaran
Rasional: Untuk mendeteksi tanda-tanda sepsis.
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obat anti biotic.
Rasional: Antibiotik berguna untuk membunuh atau memberantas bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh sehingga infeksi dapat dicegah.
4. Kolaborasi dengan tim analisis untuk pemeriksaan: Kadar leokosit, liquor dari hidung, telingah dan urin serta kultur resistensi.
Rasional: Kadar ;leukosit darah dan urin adalah indicator dalam menentukan adanya infeksi. Liaqour dari mulut dan hidung diperiksa untuk menentukan asal cairan dan kultur resistensi dan untuk menentukan jenis kuman serta terapi yang akan digunakan.
5. Bila ada perdarahan melelui hidung dan telinga atau liquor yang keluar dari hidung dan telingah maka tutup dengan kasa steril. Jangan memesukkan alat-alat tidak steril rasional: Bila ada kuman yang masuk melalui hidung dan telinga akan menyebar sampai ke cairan serebro spinal sehingga dapat menyebabkan abses otak dan meningitis.
6. Periksalah cairan atau liquor yanf keluar melalui hidung dan telinga.Kolaborasi dengan medis dan analis.
Rasinal :Untuk mengkaji apakah berasal dari serebro spinal.
2. Nyeri b/d kerurasakan jaringan otak akibat adanya toksin dalam darah.
Tujuan: Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil:
a. Pasien tenang atau tidak gelisah.
b. Nyeri kepala, pusing dan pertigo hilang.
c. Pasien dapat istirahat dengan tenang.


Intervensi:
1. Kaji mengenai lokasi, intensitas, penyebaran, tingkat kegawatan dan keluhan pasien.
Rasional: Untuk memudahkan membuat intervensi
2. Ajarkan latihan tehnik relaksasi seperti latihan napas dalam dan relaksasi otot.
Rasional: Latihan napas dalam dan relaksasi otot dapat mengurangi ketregangan saraf sehiingga pasien merasa lebih rileks dan dapat mengurangi rasa nyeri kepala, pusing dan vertigo. Latihan napas dalam dapat membantu pemasukan oksigen lebih banyak terutama untuk oksigenasi otak.
3. Buat posisi kepala lebih tinggi (15-45 c.
Rasional: Posis kepala lebih tinggi dari badan dan kaki akan meningkatkan dan melancarkan aliran balik pembulu darah vena dari kepala sehingga dapat mengurangi edema.
4. Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan dari luar.
Rasional: Respon yang tidak menyenagkan dapat meningkatkan ketegangan saraf.
5. kolaborasi dengan tim medis dalam pembereian obat-obat analgertik.
Rasional: Obat analgetik untuk meningkatkan ambang rasa nyeri, pusing yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.

3. Trauma b/d aktivitas kejang umum
Tujuan: Tidak terjadinya trauma.
Kriteria hasil: Tidak mengalami kejang
Intervensi:
1. Pantau adanya kejang atau kedutan pada tangan,kaki dan mulut serta otot bagian yang lain.
Rasional: Mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.
2. Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantalan pada penghalang tempat tidur pertahankan penghalangan tempat tidur.
Rasional: Melindungi pasien ketika kejang.
3. Pertahankan tirah baring selama pase akut. Pindahkan atau gerakkan dengan bantuan yang sesuai untuk memperbaiki keadaan.
Rasional: Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika terjadi vertigo
4. Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin (dilantin), Diazepam (Valium), Fenobarbital (luminal)
Rasional: Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.



4. Perubahan Persepsi Sensori b/d menurunnya tingkat kesadaran.
Tujuan: Tidak terjadi perubahan persepsi sensori.
Kriteria Evaluasi:
a. Tingkat kesadaran normal (GCS :E4 M6 V5)
b. Pasien kooperatif dalam pelaksanaan prosedur tindakan.
Intervensi:
1. Kaji respon sensori terhadap rabah/sentuhan, panas/dingin, tajam/tumpul dan catat perubahan yang terjadi.
Rasional: inpormasi yang didapat melalui pengkajian penting untuk mengetahui tingkat kegawatan dan kerusakan otak
2. Kaji persepsi pasien dan kemampuan berorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
Rasional: membantu memberikan intervensi selanjutnya.
3. Memberikan stimulus yang berarti seperti mengajak bicara dan berikan sentuhan.
Rasional: Untuk merangsang kembali kemampuan persepsi sensori.
4. Bicaralah dengan pasien secara tenang dan lembut.
Rasional: membantu pasien berkomunikasi sewmaksimal mungkin.
5. Berikan keamanan pasien pada sisis tempat tidur dan Bantu latihan jalan.
Rasional: Buruknya keseimbangan dapat meningkatkan resiko terjadinya injuri.
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
Tujuan : Klien dan keluarga tidsak cemas
Kriteria Evaluasi:
a. klien dan keluarga dapat menyadari dan menerimah kenyataan.
b. Klien dan keluarga mempunyai rasa optimis terhadap kesembuhan pasien.
Intervensi:
1. Kaji perasaan keluarga dan beri rasa empati serta dengarkan keluhannya
Rasional: dapat mengurangi kecemasan keluarga sehingga pelaksanaan intervensi sesuai yang direncanakan.
2. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang keadaan klien
Rasional: informasi yang disampaikan tentang kondisi pasien dapat memungkinkan tidak menimbulkan salah persepsi
3. Libatkan keluarga dalam pengambilan keputusan dan perencanaan.
Rasional: Memungkinkan keluarga menjadi bagian dari program yang di jalankan.
6. kurang pengetahuan b/d Keterbatasan kognitif.
Tujuan: Klien dapat menerimah dan memahami konsinya
Kriteria evaluasi:
a. Klien dapat aktif dalam intervensi tindakan
b. Klien dapat mengungkapkan kondisi atau proses penyakit yang dialami.
Intervensi:
1. Berikan informasi dalam bentuk singkat dan sederhana.
Rasional: Melatih kemampuan pasien untuk menerimah dan memproses informasi
2. berikan informasi tentang kebutuhan diet tinggi protein atau karbohidrat yang diberikan dalam juimlah kecil tapi sering.
Rasioanl: meningkatkan proses pertumbuhan dengan sedikit penurunan pada proses metabolisme dan iritasi lambung.
3. Kaji ulang pengobatan yang diberikan.
Rasional: Pemenuhan program pengoibatan yang teratur dapat mengatasi proses infeksi.
4. Diskusikan pencegahan proses penyakit sesuai kebutuhan.
Rasional: Eß‘ÂÔÕÔÃÙÐßП¼ãÐÂØÞßÐÝ‹‘üÔÝÐÅØÙ‘ÚÔÜÐÜÁÄÐß‘ÁÐÂØÔß‘ÄßÅÄÚ‘ÜÔßÔÃØÜÐÙ‘ÕÐß‘ÜÔÜÁÃÞÂÔ‘Øß×ÞÃÜÐÂؼÓÔÃØÚÐß‘Øß×ÞÃÜÐÂØ‘ÅÔßÅÐßÖ‘ÚÔÓÄÅÄÙÐß‘ÕØÔÅ‘ÅØßÖÖØ‘ÁÃÞÅÔØß‘ÐÅÐÄ‘ÚÐÃÓÞÙØÕÃÐÅ‘ÈÐßÖ‘ÕØÓÔÃØÚÐß‘ÕÐÝÐÜ‘ÛÄØÜÝÐÙ‘ÚÔÒØÝ‘ÅÐÁØ‘ÂÔÃØßÖŸ¼ãÐÂØÞÐßÝ‹‘ÜÔßØßÖÚÐÅÚÐß‘ÁÃÞÂÔ‘ÁÔÃÅÄÜÓÄÙÐß‘ÕÔßÖÐß‘ÂÔÕØÚØÅ‘ÁÔßÄÃÄßÐß‘ÁÐÕБ‘ÁÃÞÂÔ‘ÜÔÅÐÓÞÝØÂÜÔ‘ÕÐß‘ØÃØÅÐÂØ‘ÝÐÜÓÄßÖŸ¼úÐÛØ‘ÄÝÐßÖ‘ÁÔßÖÞÓÐÅÐß‘ÈÐßÖ‘ÕØÓÔÃØÚÐߟ¼ãÐÂØÞßÐÝ‹‘áÔÜÔßÄÙÐß‘ÁÃÞÖÃÐÜ‘ÁÔßÖÞØÓÐÅÐß‘ÈÐßÖ‘ÅÔÃÐÅÄÑÕÐÁÐÅ‘ÜÔßÖÐÅÐÂØ‘ÁÃÞÂÔ‘Øß×ÔÚÂØŸ¼õØÂÚÄÂØÚÐß‘ÁÔßÒÔÖÐÙÐß‘ÁÃÞÂÔ‘ÁÔßÈÐÚØÅ‘ÂÔÂÄÐØ‘ÚÔÓÄÅÄÙÐߟ¼ãÐÂØÞßÐÝ‹‘ôndadak naik, hiperpireksia, kesadaran dengan cepat menurun, nyeri kepala, muntah,kejang – kejang , varesis atau paralysis dan apasia.,Liquor serebrospinal sering dalam batas normal,kadang ditemukan sedikit peninggian jumlah sel, kadar protein dan glukosa.,Nyeri tenggorokan,Malaise, nyeri estremitas
- Diagnosa yang dapat muncul adalah:
1. resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
2. Nyeri b/d kerurasakan jaringan otak akibat adanya toksin dalam darah.
3. Trauma b/d aktivitas kejang umum
4. Perubahan Persepsi Sensori b/d menurunnya tingkat kesadaran
5. .Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
6. kurang pengetahuan b/d Keterbatasan kognitif.

III.2. Saran
Kami mengharapkan masukan dan kritikan dari pembaca demi kesempurnaan makalah kam Sebab kami sadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan



DAFTAR PUSTAKA

Doenges dkk, ,2002 ,Rencana Asuhan Keperawatan edisi III, EGC, Jakarta.


Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2, Media aesculapius,
FK- U i, Jakarta.


Elizabeth J. Corwin,2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta.


Sylvia A. Prince,1995, Patofisiologi Buku 2 Edisi 4, EGC, Jakarta.


Robbins A Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi II Edisi 4, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar: