Sabtu, 18 Desember 2010

skripsi malaria dikabupaten bima

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Penyakit Malaria
1. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu “mal” (buruk) dan “area” (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain, seperti deman aroma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges dan demam kura.
2. Penyebab Malaria
Agent penyebab malaria ialah makhluk hidup Genus Plasmodia, Famili Plasmodiidae dari Ordo Coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu :
1. Plasmodium falciparum: penyebab penyakit tropika yang sering menyebabkan malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala seranganya timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.
2. Plasmodium vivax: penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala serangannya timbul berselang setiap tiga hari.
3. Plasmodium malariae: penyebab penyakit malaria quartana yang gejala serangannya timbul berselang setiap empat hari.
4. Plasmodium ovale: jenis ini jarang ditemui di Indonesia, banyak dijumpai di Afrika dan Pasifik Barat.
Seorang penderita dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Yang terbanyak terdiri dari dua campuran, yaitu Plasmodium falciparum dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae. Infeksi campuran biasanya terjadi di daerah yang angka penularannya tinggi (Depkes RI, 2006).
Parasit malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan untuk kelangsungan hidupnya, yaitu siklus hidup dalam tubuh manusia terjadi pertumbuhan bentuk aseksual dan siklus hidup dalam tubuh nyamuk Anopheles terjadi fase reproduksi seksual (Prabowo, 2004).
3. Penyebaran Malaria
Malaria merupakan penyakit endemis yang menyerang negara-negara dengan penduduk yang padat. Batas penyebaran malaria adalah 64 Lintang Utara (Rusia) dan 32 Lintang Selatan (Argentina). Ketinggian yang memungkinkan parasit malaria adalah 400 m dibawah permukaan laut (Laut Mati) dan 2.600 meter diatas permukaan laut ( Bolivia ).
Diseluruh dunia terdapat sekitar 2000 spesies Anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Di Indonesia ada sekitar 80 jenis Anopheles, 24 spesies diantaranya telah terbukti penular malaria. Nyamuk Anopheles hidup didaerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup didaerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2000 – 2500 meter.
4. Cara Penularan Malaria
Penyakit malaria ditularkan melalui 2 cara yaitu secara alamiah dan non alamiah :
a. Secara Alamiah
Yaitu penularan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria.
b. Secara Non alamiah
Yaitu penularan yang bukan melalui gigitan nyamuk Anopheles Berikut beberapa penularan malaria secara non alamiah :
1) Malaria Bawaan (Kongenital)
Malaria congenital adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Selain melalui plasenta, penularan dari ibu kepada bayinya juga dapat melalui tali pusat. Gejala pada bayi yang baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering menangis), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan atau minum, kuning pada kulit dan selaput lender. Pembuktian pasti dilakukan dengan deteksi parasit malaria pada darah bayi.
2) Penularan Secara Mekanik
Penularan secara mekanik adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi organ.
3) Penularan Secara Oral
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium knowlesi).
5. Siklus Hidup Malaria
Siklus hidup malaria terdiri dari fase seksual (Sporogoni) didalam tubuh nyamuk dan fase aseksual (Skizogoni) diluar tubuh nyamuk :
a. Fase Seksual
Jika nyamuk anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk ke dalam perut nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan dan menjadi mikrogametosit dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Selanjutnya ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar air liur nyamuk dan siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia.
b. Fase Aseksual
Siklus dimulai ketika anopheles betina menggigit manusia dan memasukkan sporozoit yang terdapat pada air liurnya kedalam aliran darah manusia. Jasad yang langsing dan lincah ini dalam waktu 30 menit sampai 1 jam memasuki sel parenkim hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut fase skizogoni eksoeritrosit karena parasit belum masuk ke sel darah merah. Lama fase ini berbeda untuk setiap spesies plasmodium. Pada akhi fase, skizon hati pecah, merozoit keluar lalu masuk dalam aliran darah (disebut sporulasi). Fase eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang sel darah merah dan membentuk trofozoit-skizon-merozoit. Setelah dua sampai tiga generasi, merozoit terbentuk lalu sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual.

6. Gejala Klinis Malaria
Gambaran khas dari penyakit malaria adalah adanya demam yang periodik, pembesaran limpa dan anemia (turunnya kadar haemoglobin dalam darah).
a. Demam
Biasanya sebelum timbul demam,penderita malaria akan mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak pada perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin dipunggung. Umumnya keluhan seperti ini timbul pada malaria yang disebabkan oleh P. Vivax dan P. ovale, sedangkan pada malaria yang disebabkan oleh P.Falciparum dan P.malriae, keluhan-keluhan tersebut tidak jelas. Serangan demam yang khas pada malaria terdiri dari tiga stadium. Berikut dipaparkan stadium demam yang khas pada malaria :
1) Stadium Menggigil
Dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Penderita sering membungkus badannya dengan selimut atau sarung. Pada saat menggigil, seluruh tubuhnya bergetar, denyut nadinya cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya biru serta kulitnya pucat. Pada anak-anak sering disertai dengan kejang - kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai satu jam yang diikuti dengan meningkatnya suhu badan.
2) Stadium Puncak Demam
Penderita yang sebelumnya merasa kedinginan berubah menjadi panas sekali. Wajah penderita merah, kulitkering dan terasa panas seperti terbakar, frekuensi pernapasan meningkat, nasdi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat, muntah- muntah, kesadaran menurun sampai timbul kejang (pada anak-anak). Suhu badan bisa mencapai 410C. Stadium ini berlangsung selama 2 jam atau lebih yang diikuti dengan keadaan berkeringat.
3) Stadium Berkeringat
Penderita berkeringat banyak diseluruh tubuhnya hingga tempat tidurnya basah. Suhu badan turun dengan cepat, penderita merasa sangat lelah dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa padahal sebenarnya penyakit ini masih bersarang dalam tubuh penderita. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam. (A. Sofyan.2003).
Perbandingan demam malaria dengan demam pada penyakit lain misalnya pada penyakit demam berdarah yaitu ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Dan kemudian demam pada penyakit demam kuning yaitu Setelah dikontrak, virus incubates dalam tubuh selama 3 sampai 6 hari, diikuti oleh infeksi yang dapat terjadi dalam satu atau dua tahap. Yang pertama "akut", fase ini biasanya menyebabkan demam, nyeri otot dengan punggung menonjol, sakit kepala, menggigil, kehilangan nafsu makan, dan mual atau muntah. Kebanyakan pasien merasa baik dan gejalanya menghilang setelah 3 sampai 4 hari. Namun, 15% dari pasien masuk lebih beracun, tahap kedua dalam waktu 24 jam pasien merasa sembuh kemudian kembali demam tinggi dan beberapa sistem tubuh yang terkena. Pasien dengan cepat mengembangkan penyakit kuning dan mengeluh sakit perut dengan muntah. Pendarahan dapat terjadi dari hidung mulut, mata atau perut. Setelah ini terjadi darah muncul di muntahan dan tinja. Fungsi ginjal memburuk. Setengah dari pasien yang memasuki fase mati beracun dalam waktu 10 sampai 14 hari, sisanya sembuh tanpa kerusakan organ signifikan
b. Pembesaran Limpa
Pembesaran limpa merupakangejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa menjadi bengkak danterasa nyeri. Limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama-lama, konsistensi limpa menjadi keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik, limpa berangsur normal kembali.
c. Anemia
Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah disum - sum tulang. Gejala anemia berupa badan yang terasa lemas, pusing, pucat, penglihatan kabur, jantung berdebar-debar dan kurang nafsu makan. Diagnosis anemia ditentukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah. Anemia yang paling berat adalah anemia yang disebabkan oleh P.falciparum.
7. Diagnosa Malaria
Diagnosa malaria yang pasti dibuat dengan menemukan adanya parasit dalam sel darah merah. Hal ini dapat dilakukan dengan pengecatan darah tebal atau darah tipis.
Diagnosis malaria dapat diketahui dengan adanya tes darah yang dapat dilakukan secara uji mikroskopik atau non-mikroskopik. Uji mikroskopik menyangkut cara mengecat darah dan melihat langsung parasit di bawah mikroskop. Sedangkan untuk uji non-mikroskopik yaitu dengan cara mengidentifikasi antigen parasit atau antibodi antiplasmodial atau produk metabolik parasit.
8. Komplikasi
Malaria mungkin hanya infeksi yang bisa diobati hanya dalam waktu tiga hari. Namun yang membunuh jutaan setiap tahun, tanpa pengobatan yang cepat dan tepat, malaria dapat menjadi suatu keadaan darurat medis dengan cepat maju kekomplikasi dan kematian. Kebanyakan kasus malaria berat yang disebabkan oleh infeksi P. falciparum, P. vivaks atau P. ovale menghasilkan komplikasi serius, melemahkan kambuh dan bahkan kematian. Komplikasi malaria serebral merupakan komplikasi yang paling berbahaya, ditandai dengan penurunan kesadaran (apatis, disorentasi, somnoler, stupor, sopor, koma) yang dapat terjadi secara perlahan dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu hanya 1 sampai 2 jam, sering disertai kejang. Penilaian kesadaran ini dievaluasi berdasarkan GCS, diperberat karena gangguan metabolisme seperti asidosis, hipoglikemia, gangguan ini dapat terjadi karena gangguan patologis. Diduga terjadi sumbatan kapiler darah otak sehingga terjadi anoksia otak, sumbatan karena eritrosit berparasit sulit melalui kapiler karena proses sitoadherensi dan sekustrasi parasit, biasanya disertai ikterik, gagal ginjal, hipoglikemia dan edema paru. Bila terdapat lebih dari tiga komplikasi organ maka prognosa kematian lebih dari 75%.
9. Pencegahan Malaria
Berbagai kegiatan yang dapat dijalankan untuk mengurangi malaria yaitu:
a. Menghindari gigitan nyamuk malaria
Di daerah pedesaan atau pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa atau tambak ikan, disarankan untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah terutama pada malam hari, uga pada mereka yang tinggal didaerah endemis malaria agar memasang kawat kasa dijendela dan ventilasi rumah, serta menggunakan kelambu saat tidur. Masyarakat dapat juga memakai obat anti nyamuk saat tidur dimalam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria.
b. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa
Untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan beberapa tindakan berikut ini:
1) Penyemprotan rumah
Sebaiknya penyemprotan rumah-rumah didaerah endemis malaria dengan insektisida dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam bulan.
2) Larvaciding
Larvaciding merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
3) Biological control
Biological control adalah kegiatan penebaran ikan kepala timah dan ikan guppy digenangan – genangan air yang mengalir dan persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria (Arlan, Prabowo. 2004).
c. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria
Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spesies nyamuknya. Di daerah endemis malaria, masyarakatnya perlu menjaga kebersihan lingkungan. Tambak ikan yang kurang terpelihara harus dibersihkan, parit-parit disepanjang pantai bekas galian yang terisi air payau harus ditutup, bekas roda yang tergenang air atau bekas kaki hewan pada tanah berlumpur yang berair harus segera ditutup untuk mengurangi tempat perkembangbiakan larva nyamuk malaria.
d. Pemberian obat pencegahan malaria
Pemberian obat pencegahan (Profilaksis) malaria bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, serta timbulnya gejala-gejala penyakit malaria. Orang yang akan berpergian kedaerah-daerah endemis malaria harus minum obat anti malaria sekurang-kurangnya seminggu sebelum keberangkatannya sampai empat minggu setelah orang tersebut meninggalkan daerah endemis malaria.
B. Tinjauan Tentang Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Malaria
Menurut Hendrik L. Blum (1974) ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari empat faktor tersebut, faktor perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat.
Menurut Soekidjo Notoatmojo (1997), pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa (berpendapat, berpikir, bersikap) untuk memberikan respons terhadap situasi diluar subyek tersebut. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan tindakan).
Masalah perilaku merupakan penyebab timbulnya berbagai masalah kesehatan. Para ahli kesehatan masyarakat sepakat bahwa untuk mengatasinya diperlukan suatu upaya dalam proses pendidikan kesehatan masyarakat. Melalui proses tersebut diharapkan terjadinya perubahan perilaku menuju tercapainya perilaku sehat. Pada proses perubahan ini, perlu ditunjang perubahan sikap dan pengetahuan (Ngatimin, 1997). (Dalam Arsunan, A. 2004).
Beberapa penelitian menyatakan bahwa buruknya kebiasaan dan sikap masyarakat merupakan salah satu faktor pendukung penyebaran malaria. Contoh prilaku masyarakat yang dapat mempermudah terjadinya kejadian malaria yaitu kebiasaan masyarakat berada diluar rumah pada malam hari, kebiasaan tidur tidak menggunakan kelambu dan tidur tanpa menggunakan obat anti nyamuk (Hadi.Suwasno, 2002).
1. Kebiasaan berada diluar rumah pada malam hari
Pada umumnya nyamuk Anopheles lebih senang menggigit pada malam hari. Perilaku nyamuk anopheles dalam mencari darah (Feeding Places) terbagi berdasarkan spesies yaitu ada nyamuk yang aktif menggigit mulai senja hari hingga menjelang tengah malam dan ada nyamuk yang aktif menggigit mulai tengah malam sampai pagi hari. Aktifitas menggigit nyamuk anopheles berlangsung sepanjang malam sejak matahari terbenam yaitu pukul 18.30 – 22.00 (Pranoto,dkk, 2003). Perilaku nyamuk Anopheles lainnya yang merupakan faktor resiko bagi masyarakat yang mempunyai kebiasaan berada diluar rumah pada malam hari yaitu adanya golongan eksofili yaitu golongan nyamuk yang senang tinggal diluar rumah dan golongan eksofagi yaitu golongan nyamuk yang suka menggigit diluar rumah.
Beberapa analisis yang pernah dilakukan berhubungan dengan perilaku menggigit nyamuk yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pranoto dkk (2003) di Klademak, Sorong dimana persentase menggigit lebih banyak diluar rumah (86%) dari pada didalam rumah (14%). Nyamuk ini mengigigit sepanjang malam dengan fluktuasi gigitan aktif pada empat jam pertama (18.30 – 22.15) setelah matahari terbenam. Penelitian lainnya yang berhubungan dengan kebiasaan berada diluar rumah pada malam hari yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hasan Boesri dkk (2002) di desa Tarahan, Lampung Selatan, dimana masyarakatnya mempunyai kebiasaan berbincang-bincang diluar rumah pada malam hari dan menonton televisi sampai larut malam dan pada mereka yang tidak memiliki pesawat televisi sendiri biasanya menonton dirumah tetangga sehingga sangat mudah terpapar oleh gigitan nyamuk anopheles.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa perilaku masyarakat berupa kebiasaan berada diluar rumah pada malam hari merupaka salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit malaria.

2. Pemakaian Kelambu
Di Indonesia usaha pembasmian penyakit malaria belum mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan yaitu tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta keterbatasan sumber daya manusia dan biaya. Oleh karena itu, usaha yang paling mungkin dilakukan adalah usaha-usaha pencegahan terhadap penularan parasit. Tindakan protektif ini bertujuan untuk mengurangi kontak manusia dengan nyamuk baik untuk orang per orang ataupun keluarga dalam satu rumah. Salah satu tindakan protektif ini yaitu dengan menggunakan kelambu tidur dengan atau tanpa insektisida pada saat tidur malam (Mardihusodo, S.J. 2000).
Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak dahulu kala. Sesuai persyaratan Depkes (1999) kelambu yang baik yaitu memiliki jumlah lubang per cm antara 6 - 8 dengan diameter 1,2 - 1,5 mm. Ada dua jenis kelambu yang sering digunakan masyarakat yaitu kelambu yang tidak menggunakan insektisida dan kelambu yang dicelup dengan insektisida.
WHO (World Health Organization) telah menganjurkan pengembangan metode alternatif pemberantasan vektor malaria yang lebih efisien dari penyemprotan yaitu dengan penggunaan kelambu berinsektisida permetrin. Menurut Shreck dan Self permetrin adalah insektisida sintetik yang bekerja secara kontak langsung atau lewat saluran pencernaan. Pemakaian dosis rendah yang diresapkan pada kelambu sangat baik untuk membunuh nyamuk dan tidak berbahaya bagi manusia.
Beberapa analisis yang pernah dilakukan berhubungan dengan penggunaan kelambu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bradley dkk, di Farateni, Gambia (2001) menyebutkan bahwa pemakaian kelambu celup dapat menurunkan angka parasit dan angka limpa pada kelompok penduduk. Selain itu juga dapat melindungi anak-anak dari infeksi malaria. Penelitian lainnya dilakukan oleh Hasan Boesri,dkk (2002) di dusun Sebalang, desa Tarahan Lampung Selatan dimana pemakaian kelambu berinsektisida permetrin mampu menekan penularan dan kasus malaria yang terjadi didaerah tersebut.
3. Pemakaian Obat Anti Nyamuk
Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian malaria diantaranya yaitu dengan menggunakan obat anti nyamuk. Jenis dari obat anti nyamuk yang banyak beredar dimasyarakat yaitu obat nyamuk bakar (Fumigan), obat nyamuk semprot (Aerosol), obat nyamuk listrik (Electrik) dan zat penolak nyamuk (Repellent).
a. Obat nyamuk bakar (Fumigan)
Salah satu jenis obat anti nyamuk yang paling banyak digunakan dimasyarakat yaitu obat nyamuk bakar. Obat nyamuk bakar ini terbuat dari bahan tumbuhan atau bahan kimia sebagai bahan tunggal atau campuran. Ada yang hanya menggunakan bahan d – allethrin 0,18% atau hanya bioallethrin 0,20%, tetapi ada pula yang menggunakan campuran dua bahan yang berbeda misalnya d- allethrin 0,24% dan propoxur 0,12% atau campuran bioallethrin 0,06% dan diklorovinyl dimetil-fosfat 1,1%. Febrikasi obat nyamuk ada yang berupa mosquito coil yang dibakar atau ada yang berujud tikar yang diuapkan (Vaporizing Mats). Fumigan dari obat nyamuk bakar ini dapat bersifat membunuh nyamuk yang sedang terbang atau hinggap didinding dalam rumah atau mengusirnya pergi untuk tidak mengigit (Sugeng J.M, 1997).
b. Obat nyamuk semprot (Aerosol)
Obat nyamuk semprot (Aeorosol) umumnya digunakan oleh masyarakat perkotaan untuk mengurangi gigitan nyamuk dan mengendalikan serangga rumah tangga seperti lalat, kecoa dan semut. Aerosol tersebut banyak dijual ditoko, pasar maupun swalayan. Macam kemasan dan berat bersih yang dipasarkan juga sangat bervariasi dari 150 – 500 gram. Kandungan bahan aktif pada umumnya dari kelompok sintetik pyrethroid (d - allethrin, prolethrin, d - fenothrin, bioallethrin, esbiothrin dan transfluthrin). Tetapi ada juga bahan aktif diklorvos dan diklorovinyl dimethilfosfat dari kelompok organofosfat dan propoksur dari kelompok karbamat (Amiruddin,2007 dalam Vandekar).
Analisis pemakaian obat nyamuk semprot (Aerosol) dapat membunuh nyamuk pernah dilakukan oleh Damar T.B dkk,(1996) di laboratorium uji insektisida rumah tangga, Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Salatiga dimana didapatkan bahwa rata-rata kematian nyamuk menggunakan Peet Grady Amber ( Ruangan yang terbuat dari kaca ukuran 180 x 180 x 180 cm yang disemprotkan dengan aerosol ) adalah 100%.(Harijanto, 2000).
c. Obat nyamuk listrik ( Elektrik)
Elektrik adalah suatu jenis obat anti nyamuk telah dikembangkan dengan menggunakan bantuan listrik. Jenis ini mulai banyak dipasarkan dimasyarakat terutama disupermaket. Elektrik ini berukuran 3 x 2 cm yang terbuat dari lembar lapik (Mat) yang mengandung insektisida yang mudah diuapkan misalnya bioallethrin, dan d – allethrin ( WHO, 2001). Bahan aktif dan pewanginya akan dikeluarkan secara bertahap melalui proses penguapan. Jumlah insektisida yang dikeluarakan cukup untuk mencegah masuknya nyamuk selama beberapa jam kedalam kamar. Berubahnya warna biru menjadi putih menunjukkan bahwa bahan aktif yang dikandungnya telah habis ( Depkes, 1999 ).
d. Zat penolak nyamuk ( Repellant)
Tujuan utama dari pemakaian repellent adalah untuk menolak atau mencegah diri dari gigitan nyamuk pada senja dan malam hari menjelang tidur dan dini hari sebelum fajar, sewaktu orang tidak lagi berlindung dalam kelambu ( WHO Malaria Study Group, 2001 ).
Bahan repellent yang biasa digunakan oleh orang, ada yang sifatnya tradisional dari bahan tumbuhan seperti minyak sereh dan minyak kayu putih meskipun daya tolaknya hanya berkisar antara 15 – 20 menit dan ada pula berasal dari bahan kimia sintetik seperti dietiloluamid 15% dan dimetilftalat.
Repellent yang beredar sekarang dipasaran dibuat dalam berbagai merek seperti Autan dan dalam kemasan pemakaian yang berbeda seperti bentuk cairan oles atau krim, namun semuanya mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai zat penolak dari gigitan nyamuk anopheles penyebab penyakit malaria (Amirsyah, Husin. 2002).
C. Kerangka Konsep
Di dalam ilmu Epidemiologi ada tiga faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya malaria yaitu faktor Host ( Manusia ), faktor Agent (Plasmodium ) dan faktor Environment (Lingkungan). Bila ke tiga faktor ini terjadi ketidak seimbangan antara faktor satu dengan faktor lainnya, maka keadaan inilah yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian malaria.
Dari ke tiga faktor tersebut, faktor Host sangat besar pengaruhnya didalam kejadian malaria. Hal ini disebabkan karena selama manusia mampu menjaga keseimbangan antara ke tiga faktor tersebut maka kejadian malaria tidak akan terjadi. Ini menunjukkan bahwa perilaku sangat besar pengaruhnya didalam kejadian malaria.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan menyebutkan bahwa faktor perilaku dapat mempengaruhi kejadian malaria diantaranya penelitian yang dilakukan oleh A. Arsunan, dkk (2003) menyatakan bahwa perilaku masyarakat berupa tindakan terhadap kejadian malaria memberikan pengaruh terbesar terhadap kejadian malaria di Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkajene Kepulauan.
Beberapa faktor perilaku manusia yang dapat mempengaruhi terjadinya malaria seperti adanya kebiasaan berada diluar rumah pada malam hari dimana adanya perilaku nyamuk yang bersifat eksofili (suka tinggal diluar rumah) dan yang bersifat eksofagi (mengigit diluar rumah) akan memudahkan gigitan nyamuk pada manusia yang berada diluar rumah. Adanya kebiasaan tidak memakai kelambu pada waktu tidur dan tidak memakai obat anti nyamuk juga merupakan faktor prilaku yang dapat mempengaruhi terjadinya malaria. Ketiga faktor perilaku tersebut merupakan variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini.

















POLA PIKIR VARIABEL PENELITIAN












Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen







D. Definisi Operasional Dan Kriteria Obyektif
1. Definisi Operasional
a. Kebiasaan Berada Di luar Rumah Pada Malam Hari
Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari yang dimaksud adalah kebiasaan seseorang sering beraktifitas di luar rumah setelah matahari terbenam hingga larut malam.
Kriteria objektif :
Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari
Sering : Jika responden selalu berada di luar rumah pada
malam hari.
Tidak sering : Jika responden tidak selalu berada di luar rumah
pada malam hari.
b. Pemakaian Kelambu
Pemakaian kelambu yang dimaksud adalah cara untuk menghindari kontak atau gigitan dari nyamuk anopheles pada saat tidur dengan menggunakan kelambu baik yang memakai insektisida atau yang tidak memakai insektisida (Kelambu nyamuk biasa).
Kriteria objektif :
Pemakaian kelambu
Memakai : Jika responden memakai kelambu secara rutin
setiap malam menjelang tidur.
Tidak memakai : Jika responden tidak memakai kelambu
secara rutin setiap malam menjelang tidur.

c. Pemakaian Obat Anti Nyamuk
Pemakaian obat anti nyamuk yang dimaksud adalah cara untuk menghindari kontak atau gigitan dari nyamuk anopheles pada saat tidur dengan menggunakan obat anti nyamuk baik yang berupa obat anti nyamuk bakar, semprot, elektrik atau repellent.
Kriteria objektif :
Pemakaian Obat Anti Nyamuk
Memakai : Jika responden secara rutin menggunakan obat anti
nyamuk (bakar, semprot, elektrik atau repellent)
setiap malam menjelang tidur.
Tidak memakai : Jika responden tidak setiap malam menggunakan
obat anti nyamuk (bakar, semprot, elektrik atau
repellent) menjelang tidur.
d. Kejadian Malaria
Kejadian malaria yang dimaksud adalah ditemukannya parasit malaria dalam tubuh seseorang yang ditandai dengan gejala klinis berupa demam (dingin, sakit kepala dan berkeringat), pembesaran limpa (limpa membengkak dan terasa nyeri akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria) dan anemia (penurunan kadar hemoglobin darah akibat hancurnya sel darah merah oleh parasit malaria)

Kriteria objektif :
Kejadian malaria
Menderita : Jika responden pernah menderita penyakit malaria
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
Tidak menderita : Jika responden tidak menderita malaria

Tidak ada komentar: