Kamis, 13 Januari 2011

PENGKAJIAN SISTEM PENCERNAAN


1. Gejala yang sering ditemukan
a. Nyeri, kaji karakter , durasi, pola, frekuensi, waktu nyeri, lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.
Nyeri pada gangguan saluran gastrointestinal terdapat 3 macam :
1. Visceral pain : nyeri yang terjadi pada organ yang berongga, karakteristik : panas, kolik, kram
2. Parietal pain : terjadi ketika peritoneum parietal mengalami inflamasi, karakteristik lebih dari viseral pain dan menetap
3. Referred pain
Gambar :

b. Phyrosis ( heartburn ), Ulkus
c. Kembung, distensi, merasa penuh dengan gas :
1. Sendawa : pengeluaran gas dari lambung melalui mulut
2. Flatulens : pengeluaran gas dari rektum
d. Mual,Muntah :
1. Berisi partikel makanan yg tdk dicerna
2. Berisi darah ( hematemesis)
3. Bila terjadi segera setelah perdarahan, muntah berwarna merah terang
4. Bila darah telah tertahan dlm lambung, akan berubah mjd warna kopi krn kerja enzim lambung
e. Perubahan kemampuan mengecap dan menelan, Alergi makanan
f. Diare / konstipasi
Karakteristik dan bau feces : feces berwarna coklat, merah terang, hitam, ter , kuning pucat dan berminyak
g. Melena : feces warna merah terang / hitam atau Urin berwarna coklat
h. Malaise, penurunan berat badan
i. Hernia
j. Meatal stenosis
k. Massa, Inflamasi
l. Edema, Gatal
m. Cystocele / rectocele, Endometriosis

2. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Pola nutrisi : pola makan, makanan kesukaan ( makanan tinggi lemak, rendah serat, terlalu berbumbu dll)
b. Pola eliminasi : diare, konstipasi , penggunaan pencahar, ileostomy / kolostomy
c. Gaya hidup : merokok, alkohol, obat-obatan, olah raga, koping terhadap stress
d. Riwayat penyakit yg pernah dialami : riwayat pengobatan, pembedahan

3. Riwayat keluarga
a. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga dapat meningkatkan resiko pada klien misalnya kanker kolon, pankreas dan proatat. Klien harus waspada sehingga dapat termotivasi untuk mendeteksi sejak awal
b. Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, penatalaksanaan, prognosa

4. Riwayat social
a. Jenis pekerjaan
b. Aktivitas
c. Fasilitas kesehatan yang tersedia
d. Status ekonomi
e. Kebersihan lingkungan

5. Pengkajian fisik

a. Pembagian region abdominal
1) Right upper quadrant
2) Right lower quadran
3) Left upper quadrant
4) Left right lower quadran

Gambar

























b. Tehnik pemeriksaan fisik :
1). Inspeksi
a. KULIT
Observasi perubahan warna kulit
Hasil :
Normal
Secara normal kulit abdomen tampak lebih pucat dari pada area kulit yang lain karena jarang terpapar dengan sinar matahari
Abnormal
• warna keunguan pada pinggang (tanda Grey Turner ) menandakan adanya perdarahan pada intra abdomen. Perdarahan bias terjadi pada ginjal, pancreas, atau duodenum
• warna kekuningan pada jaundice lebih terlihat pada area abdomen
• pucat, regangan terlihat pada asites
• kemerahan mengindiaksikan adanya inflamasi
• perubahan warna yang disebabkan trauma juga merupakan tanda abnormal

Amati vaskularisasi pada abdomen
Hasil
Beberapa kumpulan vena dapat diamati dengan jelas.
Vena yang terletak diatas umbilicus mengalirkan darah menuju kepala. Sedang vena yang terletak di bawah umbikus mengalirkan darah kearah abdomen bawah.
Dilatasi vena dapat diamati pada klien sirosis hepatic, obstruksi vena cava, hipertensi portal dan asites.
Dilatasi arteriol dan kapiler dengan pusat seperti bingtang (tanda spider angioma) dapat terlihat pada klien denagn gangguan liver atau portal hipertensi.




Amati adanya Strie
Hasil
Adanya strie atau regangan merupakan tanda normal pada wanita setelah hamil
Strie warna pink tua terjadi pada klien dengan cushing’s sindrom.
Strie dapat jugan disebabkan karena asites yang dapat meregangkan kulit.

Amati scar. Tanyakan pada klien penyebab scar, ukur panjang dan lebar scar, amati bentuk dan letak scar.
Hasil
Scar yang tua terlihat pucat dan halus.
(scar merupakan tanda adesi adanya internal )
Scar yang tidak normal terlihat kemerahan, inflamasi, scar yang tidak sempurna. Scar dalam dan irregular disebabkan karena luka baker.

Amati adanya lesi dan kemerahan
Hasil
Abdomen secara norma l tidak terdapat lesi atau kemerahan. Moles datar dan kecoklatan merupakan hal normal.
Perubahan warna, ukuran, dan kesimetrisan moles merupakan tanda abnormal. Perdarahan atau petechie pada moles merupakan tanda abnormal

b. UMBILIKUS
Amati perubahn warna
Hasil
Warna umbilicus sama dengan kulit sekitarnya atau mungkin lebih gelap
Warna keungun disekitar umbilicus (Cullen’s sindrom) merupakan tanda perdarahan intraabdomen

Observasi letak umbilikus
Hasil
Berada ditengah garis tubuh
Letak umbilicus yang begeser disebabkan adanya desakan dari intraabdomen
Kontur umbilikus
Hasil
Menonjol atau kedalam tidak lebih dari 0.5 cm
Penonjolan umbilicus disebabkan adanya peningkatan tekanan intra abdomen atau distensi abdomen.

C. Kontur, Simetri, Gerakan
Observasi kontur dilakukan dari samping, atas kepala, dan bawah kaki.

Hasil
• Abdomen flat, rounded atau scapoid biasa terdapat pada orang dewasa.abdomen biasa berbentuk rounded
• Distensi umum terjadi bila terdapat akumulasi udara atau cairan intra abdomen.
• Distensi dibawah umbilicus terjadi bila bladder penuh, pembesaran uterus, tumor pada ovarium atau vesica urinary.
• Dilatasi diatas umbilicus terjadi bila terdapat masa pada pancreas, atau dilatasi lambung.
• Scapoid atau Kakeksia terjadi pada orang yang kelaparan atau menderita penyakit terminal.

Kaji kesimetrisan ketika klien terbaring (posisi supine)
Hasil
Untuk mengkaji hernia, diastasis recti atau untuk membedakan masa intra abdomen minta klien untuk mengkat kepala.
Secara normal abdomen simetris
Abdomen asimetris terdapat klien dengan pembesaran masa intraabdomen,hernia, distasis recti, bowel obtruksi.

Amati gerakan abdomen saat klien bernafas
Hasil
• Pernafasan abdomen biasa terlihat. Pernafasan abdomen lebih sering pada laki-laki dewasa
• Hilangnya pernafasan abdomen atau menjadi pernafasan dada menandakan adanya iritasi peritoneal.
• Observasi pulsasi aorta
• Pulsasi abdominal terlihat pada epigastrium, bisa tampak lebih panjang pada orang yang kurus
• Pulsasi yang kuat dan lebar merupakan tanda anurisma aorta abdomen

Amati gerakan peritaltik
Hasil
Peristaltik normal tidak terlihat
Peristaltik meningkat dan terdapat pola peningkatan dari LUQ menuju RLQ merupakan tanda obstruksi abdomen

2) Auskultasi

Hasil
• Bunyi intermittent, gelembung udara halus terdengar rata 5-30/ menit.
• Bunyi hiperaktif umumnya terdengar sebagai bunyi normal (borborygmi)
• Bunyi hipoaktif mengindikasikan penurunan motilitas usus.dapat disebabkan oleh efek anastesi atau obstruksi lanjut.
• Hiperaktif usus mengindikaiskan peningkatan motilitas, biasa disebabkan oleh diare, gastroenteritis, obstruksi tahap awal.
• Bunyi usus memghilang mengindikaiskan peritonitis atau ileus paralitik.
• Adanya bunyi pitc tinggi menandakan adanaya obstruksi.
• Gunakan stetoskop bell untuk memeriksa bunyi bruit
• Secara normal tidak terdengar
• Bruit terjadi bila ada turbulensi atau obstruksi.bruit mengindikasikan adanya aneurisma atau stenosis arteri.
• Dengarkan venous hum pada epigastrik dan sekitar umbilikus
• Secara normal tidak terdengar
• Venous hum terjadi karena adanay peningkatan sirkulasi kolateral antara portal dan system vena, terdapat pada klien sirosis.

Dengarkan bunyi friction rub diatas liver dan spleen dengan menggukan diafragma stetoskop
Hasil
Secara normal tidak terdengar
Bunyi friction rub dihasilkan Karen agesekan antara liver atau spleen dengan peritoneum. Bunyi ini seiring dengan pernafasan.
Friction rub pada kosta bawah kanan menandakan adanya abses hepatic dan metastasis
Friction rub pada anterior axial bagian kosta kiri bawah mengindikasikan adanya infraksi, abses, infecsi, atau tumor splee.

3). Perkusi

Normal : terdengar bunyi timpani diperut karena ada udara diperut dan usus.
Bunyi dullness pada hati dan limpa
Abnormal : terdengar timpani atau hiperesonan jika banyak udara dalam perut.
Abnormal jika terdengar di hati dan limpa, terdengar dullness kalau di bladder ada masssa atau asites
Perkusi hati :
Prosedur :
Tentukan daerah bawah dan atas, kaji bagian bawah, mulai dari RLQ didaerah mid klavikula line dan perkusi ke atas, catat perubahan dari timpani ke dullness
Normalnya pada garis bawah hati terdengan dullness, berada pada kostal margin 1-2 cm dibawah.
Anjurkan klien menarik napas dalam lalu perkusi dinding dada kanan atas MCL dan perkusi kebawah
Hasil
Normal : saat napas dalam, suara dullness menurun 1-4 cm dibawah costal margin
Normalnya jarak hati 6-12 cm dari MCL, ukuran hati menurun pada usia > 50 tahun.
Abnormal : hepatomegali adalah hati yang membesar, ini merupakan karakter dari tumor, sirosis, abses atau vaskular yg bengkak.
Atropi adalah ukuran yang mengecil, hati lebih kebawah posisinya mungkin karena empisema, posisi lebih tinggi mungkin karena ada massa, asites, paralisis diafragma.



Perkusi limpa
Dimulai dari posterior bagian kiri mid axila line ( MAL ) dan perkusi kebawah, tidak ada perubahan dari bunyi resonan paru ke suara dullness limpa.
Hasil
Abnormal : splenomegali adalah meluasnya bunyi dullness lebih dari 7 cm, mungkin karena injuri, hipertensi portal dan mononukleus.

Metode kedua : untuk mendeteksi pembesaran limpa adalah dengan perkusi bagian interspace kiri anterior axilary line ketika klien napas dalam, bunyi
Hasil
normalnya adalah timpani atau resonan
Abnormal : saat inspirasi, terdengar dullness pada interspace DI daerah AAL bagian kiri, hal ini menandakan pembesaran limpa
Sumber suara dullness yang lain harus disingkirkan sebelum mengatakan splenomegali mis : perut penuh, feses dalam kolon.

Perkusi jenis “ perform blunt “ pada hati dan ginjal
Perkusi liver
Normal : tidak ada tenderness
Abnormal : tenderness pada hati mungkin menandakan inflamasi / infeksi mis ; hepatitis / kolesititis.

4). Palpasi

Palpasi jenis “ perporm light”
Digunakan untuk mengidentifikasi area tenderness dan resiten otot
Prosedur : menggunakan ujung jari, tekan 1 cm, pindah kearea lain
Hasil
Normal : tidak terasa keras, namun lambut
Abnormal : jika ada reflek “ guarding “ hal ini menandakan ada iritasi pada peritoneal


Palpasi jenis “ perform deep “
Prosedur : menggunakan telapak tangan, tekan secara dalam ( 5-6 cm )
Gunakan 2 tangan untuk mengkaji struktur dalam
Hasil
Normal : teraba tenderness pad xipoid, aorta, secum, kolon sigmoid dan ovarium.
Abnormal : teraba tenderness keras atau nyeri, hal ini dapat disebabkan trauma, peritonitis, infeksi, tumor atau organ yang bengkak atau sakit.
Jika pada palpasi teraba massa, kaji lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, batas, denyutan, kekerasan dan mobilitas.

Palpasi umbilikus
Palpasi umbilikus adan daerah sekitarnya, untuk mengetahui adanya bengkak, tonjolan atau massa.
Hasil
Normal : tidak ada bengkak, tonjolan atau massa.
Abnormal : jika ditemukan hal diatas mungkin disebabka kanker gastrointestinal

Palpasi aorta
Gunakan ibu jari dan jari telunjuk atau gunakan 2 tangan dan palpasi secara dalam di epigastrium sebelah kiri mid line


Hasil
Normal : 2,5-3 cm di aproximal dengan kekuatan denyut yang sedang dan regular, mungkin ditemukan ada tenderness yang lembut
Abnormal : ditemukan denyut yang menghentak, hal ini mungkin disebabkan aneurisma aorta
Palpasi liver
Menggunakan tehnik “hooking” : perawat berdiri disebelah kanan dada klien, ujung jari dilengkungkan ditepi batas kanan kostal, kemudian pasien dianjurkan napas dalam, secara tegas namun lembut, tekan kedalam dan keluar dengan ujung jari.


Hasil
Normal : liver biasanya tidak teraba, kadang teraba tenderness lembut
Abnormal : jika teraba keras mungkin hal ini disebabkan adanya kanker, jika ada nodul mungkin karena ada tumor, kanker metastatik, sirosis dan sifilis
Tenderness mungkin disebabkan dari vaskular yang bengkak mis : CHF, hepatitis akut atau abses

Palpasi limpa
Prosedur : perawat berdiri dikanan pasien , tangan kanan dibawah margin kostal kiri dengan jari menekan, tangan kiri letakan dibawah posterior tulang rusuk, klien menarik napas, tekan kedalam dan keluar, tahan dengan tangan yang lain





Hasil
Normal : limpa jarang teraba ditepi kostal kiri
Abnormal : pembesaran limpa mungkin karena trauma, mononukleus, perdarahan kronis atau kanker

Palpasi lanjut :
Pemeriksaan shifting Dullness
Digunakan untuk mendeteksi adanya asites
Prosedur
A. Posisi klien supine, pemeriksaa melakukan perkusi mulai dari sisi abdoment kearah umbilicus  catat perubahan suara dari dullness ke thympani
Lalu posisi klien dimiringkan
B. Perkusi dari samping abdoment kearah atas
Hasil
Normal : Tidak ada perubahan suara
Abnormal : Jika klien asites maka saat posisi supine cairan akan berada dikedua sisi abdoment, saat posisi miring cairan akan mengisi ruang dibawah umbilicus




Pemeriksaan fluid wave
Digunakan untuk mendeteksi adanya asites
Prosedur
Posisi klien supine, anjurkan klien untuk meletakkan kedua tangan diatas epigastrium, lalu asisten meletakkan tangan digaris tengah abdoment, pemeriksa meletakkan tangan dikedua sisi abdoment klien dan menggerakkan salah satu tangan
Hasil :
Jika ada pergerakan air kearah tangan yang menopang maka asites ( + )
Pemeriksaan ini tidak pasti harus dikofirmasi dengan USG
Tehnik ballottement
Tehnik palpasi ini digunakan untuk mengidentifikasi massa atau pembesaran organ
Prosedur : bisa dilakukan dengan satu tangan atau 2 tangan
A. Satu tangan
Gunakan ujung jari untuk menekan dinding abdoment
B. Dua tangan
Letakkan salah satu tangan dibawah panggul dan tekan dinding anterior abdoment dengan tangan yang lain
Hasil : Pada klien asites dapat dirasakan teraba masa yang bergerak bebas

Pemeriksaan appendiksitis

Blumberg’s dan Rousing’s sign
Digunakan untuk mengidentifikasi adanya iritasi abdoment
Prosedur : Palpasi kuadran kiri bawah lalu dengan cepa lepaskan
Tanyakan pada klien kapan nyeri tarasa ( saat ditekan atau dilepas ) dan dikuadran mana
Hasil :
• Jika klien mengeluh nyeri dikuadrat kanan bawah saat ditekan pada kuadrant kiri bawah  tanda Rousing’s ( + ) kemungkinan klien mengalami acut appendiksitis
• Jika klien mengeluh nyeri dikuadrat kanan bawah saat tekanan pada kuadrant kiri bawah dilepas  tanda Blumberg’s ( + ) kemungkinan klien mengalami appendiksitis



Psoas Sign

Angkat kaki kanan mulai dari paha, letakkan tangan pengkaji pada paha bagian bawah. Minta klien mempertahankan posisi kaki dan berikan tekanan pada paha
Secara normal tidak nyeri
Nyeri pada RLQ disebabkan oleh iritasi otot iliopsoas karena apendisitis


Obturator Sign :

Angkat kaki bagian bawah dan ankle. Fleksikan panggul dan kaki bagian bawah dan putar kaki kearah internal dan eksternal
Secara normal tidak nyeri
Nyeri pada RLQ disebabkan oleh iritasi otot obturator karena apendisitis atau perforasi apendik


Test Hipersensitifitas

Tekan abdomen dengan benda tumpul atau cubit lipatan kulit dengan jempol dan jari telunjuk lepaskan dengan cepat . lakukan cubitan sering.
Secara normal tidak nyeri atau peningkatan sensasi
nyeri atau peningkatan sensasi dirasakan pada RLQ adalah tanda + hipersensitif dan merupakan tanda appendicitis.

Test Cholecystitis :

Dengan menggunakan ujung jari Tekan bagian bawah liver pada margin kosta kanan dan minta klien untuk nafas dalam
Secara normal tidak ada peningkatan rasa nyeri
Adanya peningkatan rasa nyeri menyebabkan klien mengalami episode “inspirasi arrest” merupakan + tanda Murphy dan terkait dengan cholecystitis (lihat display 18-8)

Cara mengukur lingkar perut :
1. Ukur perut pada saat yang sama setiap hari, idealnya dilakukan pagi hari setelah klien BAB dan BAK, atau waktu yang didesain pada klien yang tirah baring
2. Posisi idealnya adalah berdiri, dapat dilakukan juga pada klien dengan posisi supine dan orthopneic. Posisi pengukuran harus sama setiap kali pengukuran.
3. Gunakan meteran yang sesuai
4. Letakkan meteran dibawah klien dan ukur mulai dari umbilicus
5. Ukur dengan unit telah ditentukan (cm atau inches)
6. Lakukan pengukuran pada tempat yang sama. Berikan tanda pada abdomen klien untuk membantu pengukuran pada tempat yang sama setiap hari.


6. Data Penunjang Advance :
a. Radiology :
1. Upper GI Tract (Barium swllow) :
Flouroscopy dengan medium contras. Digunakan untuk mendiagnosa struktur abnormal dari esophagus, lambung dan duodenum.
2. Small bowel series :
Medium dimasukkan sampai ileum terminal
3. Lower GI Tract (Barium enema) :
Test Flouroscopy x-ray pada colon dengan menggunakan medium contras yang pemberiannya melalui rectal (enema). Terdapat dua pilihan yaitu : double contras dan barium enema kontras-udara. Digunakan untuk mendeteksi polyp, tumor, divertikula dan inflamasi usus besar kronis.
Intervensi perawat:
• Menjelaskan pada klien untuk puasa 6 jam sebelum test
• Memberikan laksativ dan cairan setelah test untuk mengeluarkan barium
• Menjelaskan keadaan faces setelah dilakukan tindakan ( faeces akan berwarna putih
• Memitor tanda-tanda komplikasi ( sakit perut atau sembelit karena kegagalan pengeluaran barium )

4. Oral Cholecystogram :
Test X-ray untuk mevisualisasi GB setelah pemasukan telepaque yang dimasukkan melalui oral. Test ini digunakan untuk mengetahui kemempuan GB untuk mengkonsentrasikan dan menyimpan cairan kontras, dan patensi saluran biliar.

5. Cholangiography :
a. IV Cholangiogram : X-ray digunakn untuk memvisualisasi saluran biliar setelah injeksi intravena cairan radiopaque.
b. Percutaneous transhepatic cholangiogram : setelah anestesi local. Jarum dimasukan dengan floroskopy ked lm percabangan bilier, cairan empedu diambil dan zat kontran diinjeksikan, pemfokusan film diambil, prosedur ini digunakan utk mengetahu pengisian hepatic dan saluran bilier.
c. Surgical cholangiogram




Intervensi perawat :
• Menganjurkan klien untuk puasa 8 jam sebelum test
• Setelah test klien dimonitor untuk mengetahui perdarahan terhadap media kontras
• Klien miring kekanan selama 6 jam setelah test

6. Ultrasound :
a. Abdominal ultrasound
Untuk mendeteksi masa dan asites
b. Hepatobiliari ultrasound
Untuk mendeteksi subprenik abses, tumor dan sirosis
c. Gall Blader ultrasound
Untuk mendeteksi batu

Intervensi Perawat :
• Anjurkan klien untuk puasa 8 – 12 jam sebelum test
• Klien dapat makan dan beraktivitas normal setelah test

7. Nuclear Imaging Scans ( scintigraphy )
Untuk melihat ukuran, bentuk, posisi organ dan mengidentivikasi kelainan bentuk dan fungsi
8. Computed Tomography
Untuk mendeteksi saluran biliar, liver dan penyakit pada pancreas

Intervensi Perawat :
• Anjurkan klien untuk puasa 8 – 12 jam sebelum test
• Perawat melakukan test alergi yodium bila melakukan media kontras

9. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Prosedur noninvasive menggunakan gelombang radio magnetic
Untuk mendeteksi hepatic matastase dan sumber perdarahan gastrointestinal dan derajat cancer kolorectal

10. MRCP : Magnetic Resonance Cholangiopancreography
Untuk mengetahui gambaran isi dari saluran pancreas dan saluran bilier
11. Gastric emphtyng studies
Pemeriksaan radionulkead yang digunakan untuk mengetahui kemampuan lambung untuk mengosongkan benda padat dan cairan, dilakukan pada klien dengan kelainan pengosongan pada peptic ulcer, ulcer surgery dan gastric malignancy
12. Hepatobiliary scintigraphy
Digunakan untuk mengidentivikasi penyebaran neoplasma hepatih dan mengetahui adanya akut cholesistitis
13. Scintigrafy of GI Bleeding
Untuk mengetahui perdarahan aktif

b. Endoscopy :
1. Upper GI endoscopy :Esophagogastroduodenoscopy
EGD ( Oesogastroduodenoscopy ) tehnik visualisasi langsung lapisan mukosa pada esophagus, lambung dan duodenum dengan vidioendoskop
Dapat menggunakan video untuk melihat motilitas lambung, inflamasi, ulserasi, tumor atau parises dan mendeteksi malloryweiss
Intervensi Perawat :
• Menganjurkan klien puasa 8 jam sebelum prosedur
• Setelah prosedur monitor kesadaran, tanda vital, gejala dipsnea, kesakitan atau disphagia

2. Colonoscopy
Melihat langsung kolon atas sampai dengan spinkter ileusekal, digunakan untuk deteksi tumor dan dilatasi striktur
Intervensi Perawat :
• Memberikan laksativ 2 – 3 hari sebelum prosedur
• Melakukan enema pada hari test
• Setelah prosedur monitor adanya perubahan tanda-tanda vital dan adanya nyeri abdomeninal dan perdarahan rectal atau demam

3. Proctosigmoidoscopy
Visualisasi langsung rectum dan kolon sigmoid, untuk mendeteksi tumor dan penyakit infeksi, fisura dan haemorhoid

4. Endoscopyretrogradecholangiopancreatography (ERCP)
Dapat digunakan untuk batu empedu pada distal saluran billier, dilatasi striktur, biopsy tumor, menentukan pseudocyste
Intervensi Perawat :
• Monitor tanda nyeri abdomen, mual dan muntah setelah dilakukan prosedur

5. Peritoneoscopy ( Laparoscopy )
Visualisasi rongga peritoneal, biopsy spesimen


c. Blood Chemistry :
1. Serum Amylase ( Normal 0 s.d. 130 u/l)
Nilai Rujuka :
Dewasa : 60-160 Somogyi U/dL, 25-125 U/L (unit SI)
Hamil : sedikit meningkat
Anak : Biasanya tidak dilakukan
Lansia : Mungkin sedikit lebih tinggi dari dewasa
Iso enzim :Tipe S (saliva) : 45-70 %
Tipe P (pancreas): 30-55 %
Nilai-nilai ini dapat berbeda sesuai metode yang digunakan.
Urine : Dewasa : 4-37 U/L 2 jam
Deskripsi
Amilase adalah enzim yang dihasilkan oleh pancreas, kelenjar air liur, dan liver. Pada pankreatitis akut serum amylase meningkat dua kali dari normal. Nilai serum meningkat 2-12 jam setelah serangan, mancapia puncaknya 20-30 jam. Turun kembali sampai normal dalam 2-4 hari.Peningkatan serum amylase dapat terjadi setelah pembedahan abdomen meliputi kandung empedu dan lambung.
Ada dua jenis iso enzim amylase, tipe P dan S. Peningkatan Tipe P sering terjadi pada pankreatitsi akut. Peningkatan Tipe S dapat disebabkan tumor ovarium dan tumor bronkogenik.
Kadar amylase urin berguna untuk menentukan nilai normal tau meningkatnya amylase serum, terutama bila klien mempunyai tanda gejala pankreatitis. Dapat bertahan lebih dari 2 minggu setelah pankreatitis akut.
Masalah-masalah klinis
Penurunan kadar : D5W IV, pankreatitis kronis yang lanjut, nekrosis hati akut atau subakut, alkoholik kronis, toksik hepatitis, luka baker yang luas, tiro toksikosis yang berat.
Obat-obat yang menurunkan kadar :glukosa, sitras, flourida, oksalat
Peningkatan kadar : Pankreatitis akur, pankreatitis kronik (serangan akut), gastrektomi parsial, perforasi ulkus peptikum, obstruksi saluran pancreas, kolesistitis akut, kanker pancreas, asidosis diabetikum, DM, intoksikasi alcohol akut, mumps, gagal ginjal, BPH, luka baker, kehamilan.
Obat-obat yang meningkatkan kadar :
Narkotik, aetil alcohol (dalam jumlah banyak), ACTH, guanetidin, tiazid,
Diuretic, salisilat, tetrasiklin
Intervensi perawat:
• pastikan klien tidak mengkonsumsi gula, sebaiknya tidak diambil 2 jam setelah makan karena glukosa dapat menurunkan amilse (perawat harus mengethui D5W IV dapat menurunkan kadar amylase, atau menybabkan negative palsu
• Anjurkan klien untuk minum air selama pemeriksaan, kecuali bila ada kontraindikasi medis
• Ukur haluaran urin 8-24 jam. Kekurangan haluaran urin dapat mengakibatkan penurunan amylase urin.

2. Serum Lipase ( Normal 0 s.d. 160 u/l )
Nilai Rujukan :
Dewasa :20-180 UI/L, 14-280 mU/L, 14-280 U/L(unit SI)
Anak : 20-136 IU/L pada 37°C
Bayi : 9-105 UI/L pada 37°C
Deskripsi :
Lipase adalah enzim yang disekresikan oleh pancreas yang membantu mengolah lemak pada duodenum. Lipase seperti amylase terlihat dalam aliran darah setelsh kerusakan pancreas. Lipase dan amylase dapat meningkat setelah 2-12 jam pada pankreatitis akut, namun lipse serum dapat meningkat 14 hari setelah pankreatitis akut, dimana amilse kembali normal setelah 3 hari. Lipse serum berguna untuk diagnosa akhir.
Masalah-Masalah klinis
Peningkatan kadar Pankrreatitis akut, pankreatitis kronik, kanker pancreas, obstruksi saluran empedu, perforasi ulkus, stadium awal GGA
Obat-obatan yang dapat meningkatan nilai lipase : narkotik, steroid, betanekol
Intervensi perawat :
• Laporkan pada medis bila ada peningkatan nyeri abdomen yang menetap, kolaborasikan periksaan seru lipase untuk mendiagnosa pankreatitis akut yang laten.
• Berikan Keamanan pada klien dengan side rail untuk mencegah kecelakaan
• Beritahukan pada klien untuk tidak meminum minuman beralkohol setelah meminim obat-obat sedative, hipnotik, narkotik, traquilizer, antikonvulsan, antikoagulan
• Dengarkan keluhan-keluhan klien.

3. Antigen Karsinoembrionik ( CEA ) serum atau plasma
Nilai Rujukan :
Dewasa : Tidak merokok : < 2,5 ng/ml, merokok 3,5 ng/ml
Gangguan inflamasi akut : 10 ng/dl
Neoplasma : 12 ng/dl
Deskripsi
Untuk mendeteksi kanker kolon dan kanker pancreas, tetapi perlu pemeriksaan yang lain.
Peningkatan kadar CEA dapat terjadi selama gangguan inflamasi akut dan kanker saluran gastrointestinal, peran utama untuk memantau pengobatan karsinoma kolon dan pancreas, jika kadar turun setelah pengobatan, kemungkinan kanker terkontrol. Pemeriksaan CEA dapat bermanfaat untuk menentukan proses klinis dari karsinoma dan menentukan jika klien telah jatuh sakit kembali dari kanker
Intervensi perawat :
• Tunda pemberian heparin selama 2 hari sebelum pemeriksaan
• Klien tidak perlu pembatasan makanan atau cairan
• Bahan 10 darah vena dalam tabung tertutup hindari hemolisis

4. Alkalin Fosfatase ( ALP ) dengan isoenzim ( serum )
Nilai Rujukan :
Dewasa : 20 – 90 U/L pada 30  C, 25 – 97 U/L pada 37  C
Anak : bayi dan anak usia 0 – 12 tahun : 40 – 300 U/L
13 – 18 tahun : 30 – 165 U/L
Deskripsi :
ALP merupakan enzim yang sebagian besar diproduksi di hati, tulang, usus, ginjal serta plasenta.
Pemeriksaan ini untuk menentukan penyakit hati dan tulang
Untuk membedakan penyakit hati atau tulang adalah isoenzim ALP 1 berasal dari hati dan isoenzim 2 berasal dari tulang
Intervensi perawat :
• Perhatikan obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar ALP seperti antibiotic, kolsisin, metildopa, alopurinol, fenotiazid, prokainamid, tolbutamin, isoniazid ( INH ) albumin
• Tunda pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan hasil selama 8 s.d 24 jam
• Bahan 5 – 10 ml darah vena masukkan dalam tabung tertutup hindari hemolisis

5. Aspartat Aminotransferase (AST) Serum, Serum Glutamic oxaloacetic Transaminase (SGOT)
Deskripsi :
AST/SGOT adalah enzim yang sebagian besar terdapat dalam otot jantung dan hati; sebagiannya lagi ditemukandalam otot rangka, ginjal, dan pancreas. Nilai AST serum yang tinggi ditemukan pada IMA dan kerusakan hepar.
Pada penyakit hepar , nilai serum meningkat sampai sepuluh kali atau lebih dan menetap untuk beberapa waktu. Nilai AST serum dan ALT sering dipakai sebagai pembanding.
Masalah Klinis :
Penurunan Kadar : Kehamilan, KAD, beri-beri
Peningkatan Kadar : IMA, nekrosis hepar, pankreatitis akut, GJK, trauma musculoskeletal, ensefalitis, eklampsia.
Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai AST :
Anitbiotik, narkotik, vitamin (as. Folat, piridoksin, vitaminA), Antihipertensi (aldomet) teofilin, gol digitalis, kortison, flurazefam (Dalmane), Indometasin (Indosin) isoniazid (INH) , rifampisin, kontrasepsi oral , salisilat, injeksi
intramuskular (IM)
Intervensi perawat
• Jelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan
• Ambil 5 – 10 mL darah vena dan masukkan kedalam tabung bertutup. Hindari hemolisis. Darah diambil sebelum obat-obat diberikan
• Beri label nama, tanggal dan pemberian obat terakhir.
• Tunda pemberian obat-obatan yang menyebabkan peningkatan AST serum dalam 24 jam sebelum pemeriksaan (Ijin dokter)
• Bandingkan nilai AST dan ALT serum untuk menentukan apakah kerusakan hati yang menyebabkan hasil-hasil pemeriksaan tidak normal

6. Antigen Hepatitis B Permukaan ( Hbs Ag ) Serum, Hepatitis Yang Berhubungan Dengan Antigen (Haa) Tes Antigen Australia
Nilai-Nilai Rujukan
Dewasa : Negatif
Anak : Negatif
Deskripsi.
Pemeriksaan Hbs.Ag dilakukan untuk menentukan adanya virus hepatitis B di dalam darah baik dalam kondisi aktif ataupun sebagai carier, ini secara rutin dilslukan pada darah donor untuk mengidentifikasi adanya hepatitis B antigen. Kira-kira 5% orang dengan penyakit lain selain hepatitis B ( serum Hepatitis ) akan ditemukan hasil pemeriksaan positif .
Pada hepatitis B, antigen dalam serum dapat dideteksi 2 sampai 24 minggu setelah inkubassi virus. HbsAg positif dapat terjadi 2 sampai 6 minggu setelah terpajan penyakit hepatitis.
Pemeriksaan HbsAg tidak mendiagnosis virus hepatitis A. Dua pemeriksaan untuk hepatitis A adalah anti HAV-IgM (indikasi infeksi akut) dan atau HAV-IgG (indikasi setelah pemajanan sebelumnya)
Masalah-masalah Klinins :
Peningkatan kadar (positif) : Hepatitis B, Hepatitis B kronis
Intervensi perawat :
• Ambil 5 – 7 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung bertutup merah
• informasikan kepada klien untuk pengambilan darah ini tidak perlu pembatasan cairan dan makanan
• Tangani specimen darah dengan tehnik steril aseptic.
• Ikuti prosedur isolasi institusi dalam pembuangan alat-alat sekali pakai
• Observasi tanda-tanda dan gejala hepatitis (lemah, anorexia, mual dan muntah, panas, warana urine pekat,dan kuning)
• Anjurkan klien untuk istirahat, diet makanan dan cairan.

7. Analisa Gastric
Hasil normal : puasa : 1-5 mEq/L/jam
Perangsangan : 10-25 mEq/L/jam
Deskripsi :
menilai keasaman sekresi lambung pada keadaan basa (tanpa perangsangan) dan kemampuan sekresi maksimal saat perangsangan
1. analisa lambung basal : sekresi lambung diaspirasi melalui selang nasogastrik setelah periode puasa
2. analisa stimulasi lambung : merupakan lanjutan dari analisa lambung basal. Stimulan lambung diberikan(histolog atau pentagastrin), isi lambung diaspirasi setiap 15-20 mnt sampai beberapa sampel didapat.
Penurunan kadar : anemia pernisiosa, malignansi lambung, atropenik gastritis
Peningkatan kadar : ulkus peptikum / duodenul, sindrom zollinger ellison


Intervensi perawat :
• analisa lambung basal :
 menganjurkan pasien utk puasa 8-12 jam seb pemeriksaan
 menghentikan pemakaian obat antikolinergik, bloker adrenergik, antasida, steroid, alkohol dan kopi
 melepas gigi palsu dan memasang NGT
• analisa stimulasi lambung :
 perawat memonitor tanda-tanda vital, observasi kemungkinan efek-efek samping pemakaian perangsang ( pusing, merah, takikardia, sakit kepala dan penurunan tekanan darah sistolik
8. Gastrin (Serum Atau Plasma)
Hasil normal : dewasa : puasa : <100pg/ml, tdak puasa : 50-200pg/ml
Anak : <10-125pg/ml
Deskripsi :
Gastrin adalah hormon yg disekresi oleh sel-sel G dr mukosa pilorus yg menstimulasi sekresi cairan gaster mis asam hidroklorida (HCL)
Tes ini membantu membedakan antara sindrom Zollinger Ellison dan hipergastinemia karena penyebab-penyebab lain.
Penurunan kadar : vagotomi, hipotiroidisme
Peningkatan kadar : anemia pernisiosa, sindrom zollinger-ellison, neoplasama lambung maligna, ulkus peptikum, gastritis atropik kronik, sirosis hepatik, gagal ginjal akut dan kronis.
Intervensi perawat :
• anjurkan pasien puasa 12 jam seb. Pemeriksaan
• masukan infus kalsium glukonat selama 3-4 jam, ambil darah 10 ml setiap 30-60 mnt slama dinfus
• untuk pemeriksaan sekresi, masukan infuse sekretin selama 1 jam, ambil contoh darah seb pemeriksaan kemudian setiap 15-30 mnt selama 1 jam
1. Albumin ( Serum )

Nilai normal :
Dewasa : 3,5 –5,0 g/dL ; 52 % sampai 68 % dari protein total
- Anak : 4,0 – 5,8 g/dL
Deskripsi :
Albumin di sintesa oleh hepar dan berfungsi untuk meningkatkan tekanan osmotic ( tekanan onkotik ) yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan cauiran vaskuler. Penurunan albumin mengakibatkan cairan dari pembuluh vaskuler keluar ke jaringan jaringan dan menyebabkan edema.

Intervensi Perawat :
• Perawat memeriksa adanya edema perifeer dan asites bila albumin serum rendah.
• Kaji integritas kulit bila ada edema atau edema anasarka. Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit.
• Beri makanan tinggi protein ( 50 gram atau llebih tiap hari)

10. Bilirubin (Total, Direk, Indirek)

Nilai Normal :
Dewasa : Total : 0,1 – 0,2 mg/dL
Direk ( terkonjugasi) : 0,0 – 0,3 mg/dL
Indirek ( tak terkonjugasi) : 0,1 – 1,0 mg/dL
Anak : 0,2 – 0,8 mg/dL

Deskripsi :
Bilirubin di bentuk dari pemecahan hemoglobin oleh system retikulo endothelial dan di bawa oleh plasma ke heper. dan di ekskresi oleh empedPeningkatan bilirubin direk atau indirek akibat obstruktif, ekstra hepatic ( oleh batu atau tumor ) atau intrahepatik ( kerusakan sel-sel hepar).
Intervensi Perawat :
• Intruksikan klien untuk tidak makan wortel, selai, atau makanan tinggi lemak sebelum pemeriksaan.
• Periksa bilirubin serum ( total, dan bila hasilnya tinggi periksa nilai bilirubin direk )
• Periksa sclera mata dan ketiak pada ikterik.
• Beri dukungan pada klien dan keluarga.
2. Liver Biopsi :
3. Test yang lain :
1. Gactric Analysis:
2. Fecal Analysis :
3. D-xylose :
4. Duodenal drainage :

7. Diagnosa keperwatan
1. Nyeri : Abdoment acut b/d sekresi gaster, penurunan proteksi mukosa dan iritasi pada saluran cerna
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d malabsorbsi, penurunan nafsu makan, mual dan muntah yang sering
3. Gangguan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang berlebih
4. Diarhe b/d malabsorbsi dan sindrom iritasi bwel kronik atau pengobatan
5. Konstipasi b/d penurunan diit serat, penurunan intake cairan, penurunan aktivitas fisik, bedrest dan pengobatan
6. intoleransi aktivitas

DAFTAR RUJUKAN



Kee, Joyje LeFever, ( 1997), Pemeriksaan laboraturium dan diagnostuk dengan implikasi keperawatan, Alih bahasa, edisi 2, EGC, Jakarta


Lewis, Sharon Mantik et al, ( 2004 ), Medical Surgical Nursing, Vol 2, Mosby Year Book, st. Louis Missouri


Reeves, C J, et al, ( 2001 ), Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Salrmba Medika, Jakarta


Weber anet and Kelly Jane, ( 1998 ), Health Assesment in Nursing, Lippincoth Roven Publisher, Washington Philadelphila

www.com/products/weber/documents/6 Sept 2006

www.ohiou.edu/nursing/CourseDocuments/310_6.do/6 Sept 2006

www.laras-lair.com/nursing/Abdominal.pdf/6 Sept 2006

www.mstc.edu/instructor/mpeters/pdf%20docs/Unit19/6 Sept 2006

http://www.pennhealth.com/ency/article/003893.htmUpdated 9/01/6 Sept 2006

http://www.sgna.org/images/resources/1-3.JPG/6 Sept 2006

http://www.umanitoba.ca/womens_health/nephys.htm/8 Sept 2006

Tidak ada komentar: