Kamis, 10 Februari 2011

Skripsi hubungan pengetahuan remaja tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok di SMKN 1 Makassar

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan bahayanya merokok. Bagi pecandunya, mereka dengan bangga menghisap rokok di tempat-tempat umum, kantor, rumah, jalan-jalan, dan sebagainya. Di tempat-tempat yang telah diberi tanda “dilarang merokok” sebagian orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak sekolah yang masih berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok (Soetjiningsih,2004).
Data dari hasil laporan Word Health Organitation (WHO) tahun 2008 dengan statistik jumlah perokok 1.35 miliar orang. Di Indonesia Perokok dari kalangan anak-anak dan remaja adalah sebagai berikut : anak/remaja pria (24.1 %), anak/remaja wanita (4.0 %) atau anak/remaja Indonesia (13.5 %). Dari kalangan dewasa adalah sebagai berikut : dewasa pria (63 %), dewasa wanita (4.5 %) atau (34 %) perokok dewasa Indonesia (WHO, 2008).
Jika digabungkan antara perokok kalangan anak ditambah remaja ditambah dewasa, maka jumlah perokok Indonesia sekitar 27.6%. Artinya, setiap 4 orang Indonesia, terdapat seorang perokok. Angka persentase ini jauh lebih besar daripada Amerika saat ini yakni hanya sekitar 19% atau hanya ada seorang perokok dari tiap 5 orang Amerika. Perlu diketahui bahwa pada tahun 1965, jumlah perokok Amerika Serikat adalah 42% dari penduduknya. Melalui program edukasi dan meningkatkan kesadaran untuk hidup sehat tanpa rokok (ditambah pelarangan iklan rokok di TV dan radio nasional), selama 40 tahun lebih Amerika berhasil mengurangi jumlah perokok dari 42% hingga kurang dari 20% di tahun 2008 (WHO, Nusantaranews, 2009).
Dari data WHO di atas, Indonesia dinobat sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India dan diatas Rusia dan Amerika Serikat. Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 yakni setelah China, India dan Amerika Serikat. Berbeda dengan jumlah perokok Amerika yang cenderung menurun, jumlah perokok Indonesia justru bertambah dalam 9 tahun terakhir. Pertumbuhan rokok Indonesia pada periode 2000-2008 adalah 0.9 % per tahun (WHO, 2008).
Dewasa ini di Indonesia kegiatan merokok sering kali dilakukan individu dimulai di sekolah menengah pertama, bahkan mungkin sebelumnya. Kita sering melihat di jalan atau tempat yang biasanya dijadikan sebagai tempat “nongkrong” anak-anak tingkat sekolah menengah banyak siswa yang merokok. Pada saat anak duduk di sekolah menengah atas, kebanyakan pada siswa laki - laki merokok merupakan kegiatan yang menjadi kegiatan sosialnya. Menurut mereka merokok merupakan lambang pergaulan bagi mereka (Saifuddin, 2003)
Merokok merupakan salah satu penyebab terjadinya 90 % kanker paru-paru pada laki-laki dan 70 % pada perempuan, 22 % dari penyakit jantung dan pembuluh darah, bahkan kematian. Dampak rokok membuat penghisap asap rokok mengalami risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru, kanker mulut dan tenggorokan, kanker esophagus, kanker kandung kemih, serangan jantung dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru dan bronchitis kronis (Gondodiputro, 2007).
Provinsi Sulawesi Selatan dengan persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok tiap hari 20,9%, sedikit lebih rendah dari angka nasional (23,7%). Dan gambaran perilaku merokok penduduk umur 10 tahun ke atas menurut karakteristik responden. Dapat dilihat, persentase penduduk merokok tiap hari tampak tinggi pada kelompok umur produktif (25-64 tahun), dengan rentang rerata 26,4 sampai 27,4%.. Sedangkan penduduk kelompok umur 10-14 tahun yang merokok tiap hari sudah mencapai 0,9 % dan kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 17.0% (RISKESDAS, Depkes RI, 2008).
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2008 tentang data perokok kota Makassar dari persentase penduduk umur 10 tahun keatas menurut kebiasaan merokok adalah 18.2 % setiap harinya, kebiasaan merokok siswa SMP 19,8 %, kebiasaan merokok siswa tingkat SMA 20.7 % setiap harinya. Berdasarkan persentase penduduk umur 10 tahun keatas yang merokok menurut usia mulai merokok tiap hari untuk kota Makassar umur 15 – 19 tahun adalah 41.1 % dari 32 % skala provinsi. (RISKESDAS, Depkes RI, 2008).
Siswa SMU/SMK yang berada dalam masa remaja yang merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok sebaya dari pada norma-norma orang dewasa. Dalam hal ini remaja menganggap merokok sebagai lambang pergaulannya. Khususnya siswa laki-laki bahwa merokok sebagai suatu tuntutan pergaulan bagi mereka. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Hurlock (1999: 223) bahwa bagi remaja rokok dan alkohol merupakan lambang kematangan. Hal tersebut disampaikan oleh Hurlock berdasarkan fenomena di Amerika. Tetapi menurut norma yang berlaku di Indonesia lebih memandang bahwa remaja khususnya remaja yang masih berada diusia sekolah melakukan aktivitas merokok diidentikan sebagai anak yang nakal (Hurlock, 1999).
Pada dasarnya setiap orang atau pelajar tahu akan bahaya merokok mengingat di setiap bungkus rokok terdapat peringatan pemerintah tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Namun apakah pengetahuan tersebut mempengaruhi sikap remaja terhadap bahaya merokok, inilah yang menjadi perhatian peneliti untuk ditindaklanjuti dalam sebuah penelitian secara ilmiah. Hal ini perlu diteliti mengingat walaupun secara umum semua seseorang tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, tapi kebanyakan masih belum yakin, sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan antara lain, apakah benar rokok menyebabkan penyakit, mengapa ada beberapa orang yang merokok terus sampai sekarang masih tetap sehat, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru pembina osis SMK Negeri 1 Makassar, didapat informasi mengenai kebiasaan merokok pada siswa SMK Negeri 1 Makassar, bahwa kebiasaan merokok siswa banyak dilakukan diluar lingkungan sekolah dengan persentase hampir 70% dari seluruh siswa laki-laki memiliki kebiasaan merokok.
Berkaitan dengan fenomena di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian di SMK Negeri 1 Makassar dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Tentang Dampak Rokok Bagi Kesehatan Dengan Sikap Siswa Terhadap Rokok”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dianalisisnya hubungan pengetahuan remaja tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok di SMKN 1 Makassar.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya pengetahuan remaja tentang dampak rokok bagi kesehatan di SMKN 1 Makassar.
b. Diketahuinya sikap siswa terhadap rokok di SMKN 1 Makassar.
c. Diketahuinya hubungan pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok di SMKN 1 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang dampak rokok bagi kesehatan dan melihat adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap siswa terhadap rokok.
2. Manfaat bagi institusi pendidikan
Sebagai informasi tambahan untuk menambah hasanah keilmuan dan pengetahuan baik bagi tenaga pendidik maupun bagi mahasiswa peserta didik.
3. Manfaat bagi instansi tempat penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan dalam pembinaan para siswa pada umumnya dan pada siswa yang merokok pada khususnya, bagi para konselor sekolah, guru atau lembaga yang terlibat dalam pembinaan siswa.
a. Bagi guru pembimbing dapat membantu memecahkan masalah yang dialami siswa dengan memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya yang berkaitan dengan masalah merokok
b. Bagi siswa dapat memperoleh informasi sebagai salah satu sarana untuk dapat membentuk sikap untuk tidak terpengaruh berprilaku merokok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Rokok
1. Pengertian
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotina Tabacum, Nicotina Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP No.19, 2003).
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukan dengan mudah kedalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya diserai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan karena merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Gondodiputro, 2007).
2. Komposisi rokok
Menurut Gondodiputro tahun 2007 bahan utama rokok adalah tembakau, dimana tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah tar,nikoti dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang juga sangat beracun. Zat-zat beracun yang terdapat dalam tembakau antara lain :
a. Karbon Monoksida (CO) adalah unsur yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6%, dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Seorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga bagian saja yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir akan tetap berada diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan keluar.
b. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan psikoaktif sehingga perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan. Banyaknya nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5 – 3 nanogram dan semuanya diserap sehingga didalam cairan darah ada sekitar 40 – 50 nanogram nikotin setiap I ml nya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik.
c. Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0,5 – 35 mg/batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru.
d. Kadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.
e. Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan hydrogen, zat ini mempunyai bau yang tajam dan sangat merangsang. Karena kerasnya racun yang terdapat pada amoniak sehingga jika masuk sedikit saja kedalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pinsang atau koma.
f. HCN (Asam Sianida) merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran pernafasan.
g. Nitrous Cxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat menghilangkan rasa sakit. Nitrous Oxide ini pada mulanya digunakan dokter sebagai pembius saat melakukan operasi.
h. Formaldehid adalah sejenis gas yang mempunyai bau tajam, gas ini tergolong sebagai pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun terhadap semua organisme hidup.
i. Fenol adalah campuran dari Kristal yang dihasilkan dari beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi aktifitas enzim.
j. Asetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol.
k. H2S (Asam Sulfida) adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.
l. Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
m. Metil klorida adalah senyawa organik yang beracun
n. Methanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Jika meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.
o. Policyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH), senyawa ini merupakan senyawa reaktif yang cenderung bersifat genotoksik. Senyawa tersebut merupakan penyebab tumor.
p. Volatik Nitrosamine merupakan jenis asap tembakau yang diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensial (Gondodiputro, 2007).
3. Jenis rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok.
a. Berdasarkan bahan pembungkusnya maka rokok terdiri dari klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung, kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren, sigaret yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas, cerutu yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
b. Berdasarkan bahan baku atau isi, maka rokok terdiri dari rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu, rokok klembek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
c. Berdasarkan proses pembuatannya rokok terdiri dari sigaret kretek tangan (SKT) yaitu rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan mengggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana, sigaret kretek mesin (SKM) yaitu rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukan kedalam mesin pembuat rokok dan yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan.
d. Berdasarkan penggunaan filter, maka rokok terdiri dari rokok filter (RF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus, rokok non filter (RNF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus (Wikipedia, 2008)
4. Efek tembakau / rokok bagi kesehatan
Telah banyak terbukti bahwa dengan mengkonsumsi tembakau/rokok berdampak terhadap status kesehatan. Diketahui pula bahwa konsumsi tembakau / rokok berkontribusi terhadap timbulnya katarak, peneumonia, kanker lambung, kanker pangkreas, kanker cervix, kanker ginjal dan penyakit lainnya.
Hampir 90% kanker paru-paru disebabkan oleh konsumsi tembakau / rokok. Tembakau / rokok juga dapat merusak system reproduksi, berkonstribusi pada keguguran, kelahiran premature, berat bayi lahir rendah, kematian bayi setelah lahir dan penyakit-penyakit pada anak-anak. Namun demikian tidak hanya perokok saja yang berisiko mendapatkan penyakit tersebut, tetapi masyarakat banyak yang terpapar oleh asap rokok yang kita kenal dengan perokok pasif. Telah terbukti bahwa perokok pasif berisiko untuk terkena penyakit kardiovaskular, kanker paru, asma dan penyakit paru lainnya.
(Gondodiputro, 2007).
Menurut Gondodiputro (2007), ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh rokok yaitu :
a. Efek rokok terhadap susunan saraf pusat, hal ini disebabkan karena nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan gemetar pada tangan dan kenaikan berbagai hormon dan rangsangan dari sumsum tulang belakang menyebabkan mual dan muntah. Dilain tempat nikotin juga menyebabkan rasa nikmat sehingga perokok akan merasa lebih tenang, daya piker serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sedangkan efek lain menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari rokok lagi. Efek dari rokok member stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.
b. Penyakit kardiovaskular, ini disebabkan karena asap rokok akan merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang hormon adrenalin yang akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Seseorang yang stress yang kemudian mengambil pelarian dengan jalan merokok sebenarnya sama saja dengan menambah risiko terkena jantung koroner, proses penyempitan arteri koroner yang memperdarahi otot jantung menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai menimbulkan kekurangan darah (iskemia). Sehingga apabila melakukan aktifitas fisik atau stress, kekurangan aliran meningkat sehingga menimbulkan sakit dada.
c. Arterisklerosis merupakan menebal dan mengerasnya pembuluh darah, sehingga menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitas serta pembuluh darah menyempit. Arterisklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sekitar 10% dari seratus pasien yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah (Arteriosklerosis Obliteran) Sembilan puluh Sembilan diantaranya adalah perokok.
d. Tukak lambung dan tukak usus dua belas jari, di dalam perut dan usus dua belas jari terjadi keseimbangan antara pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan. Rokok meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita gangguan dua kali lebih tinggi dari bukan perokok.
e. Efek terhadap bayi, ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan premature. Jika kedua orang tuanya perokok mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru-paru maupun bronchitis dua kali lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi lain meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya merokok menunjukan perkembangan mentalnya terbelakang.
f. Efek terhadap otak dan daya ingat, akibatnya proses arteriosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Studi tentang hubungan tembakau dan daya ingat oleh peneliti dari Neuropsychiatric Institute University of California, dari hasil analisis otak, menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang digunakan untuk berpikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah daripada orang yang tidak merokok.
g. Impotensi, pada laki-alaki berusia 30-40 tahunan merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa rokok telah merusak area lain dalam tubuh.
h. Kanker, asap rokok menyebabkan lebih dari 85% kanker paru-paru dan berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, esophagus, lambung, pangkreas, saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus. Tipe kanker yang umumnya terjadi pada pemakai rokok adalah kanker kandung kemih, kanker esophagus, kanker pada ginjal, kanker pada pangkreas, kanker servix, kanker payudara dan lain-lain.
i. Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD), kebiasaan merokok mengubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi pembersih menghilang, saluran membengkak dan menyempit. Seseorang yang menunjukan gejala batuk berat selama paling kurang tiga bulan pada setiap tahun berjalan selama dua tahun, dikatakan mengidap bronchitis kronik. Hal tersebut terjadi pada separuh perokok diatas umur empat puluh tahun.
j. Interaksi dengan obat-obat, perokok memetabolisme berbagai jenis obat lebih cepat daripada non perokok yang disebabkan enzim-enzim di mukosa, usus atau hati oleh komponen dalam asap rokok. Dengan demikian, efek obat-obat tersebut berkurang, sehingga perokok membutuhkan obat dengan dosis lebih tinggi daripada non perokok misalnya obat analgetika.
Penyaki pada perokok pasif, perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung koroner. Menghisap asap rokok orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit angina, asma, alergi, gangguan pada wanita hamil (Gondodiputro, 2007).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja untuk merokok
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk merokok yaitu antara lain :
a. Faktor psikologik yang terdiri dari faktor perkembangan sosial yaitu menetapkan kebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri, penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tanpak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya yang merokok, factor psikiatrik yang dilihat dari suatu studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan hubungan antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti gangguan jiwa, depresi, cemas dan penyalahgunaan zat-zat tertentu dan remaja yang memperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melalui merokok daripada remaja yang tidak menampakan gejala.
b. Faktor biologik yang terdiri dari lima bagian yaitu kognitif merupakan faktor lain yang mungkin mengkonstribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya efek yang bermanfaat bagi nikotin. Telah dibuktikan bahwa nikotin dapat mengganggu perhatian dan kemampuan, tetapi hal ini akan berkurang apabila mereka diberi nikotin atau rokok, faktor jenis kelamin dimana belakangan ini kejadian merokok meningkat pada remaja wanita. Wanita perokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang dan secara sosial baik, keadaan ini berbeda dengan lelaki perokok yang secara sosial tidak aman, faktor etnik dapat ditunjukan bahwa di Amerika serikat angka kejadian merokok tertinggi pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli Amerika, serta terendah pada orang-orang Amerika keturunan Afrika dan Asia, factor genetik, pada faktor ini variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang memetabolisme nikotin. Konsekuensinya adalah meningkatnya risiko kecanduan nikotin pada beberapa individu.
c. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan rokok antara lain : orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar reklame rokok, artis pada reklame rokok di media.
d. Faktor peraturan berupa peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yang tinggi, akan menurunkan pembelian. Tetapi kenyataannya terdapat peningkatan kejadian memulai merokok pada remaja, walaupun telah dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya (Soetjiningsih,2004).
6. Tahap-tahap merokok
Menurut Helmi dan Komalasari tahun 2005 perilaku merokok merupakan perilaku yang disenangi dan bergeser menjadi aktifitas yang bersifat obsesif, hal ini disebabkan oleh nikotin yang bersifat adiktif dan apabila dihentikan secara tiba-tiba akan menyebabkan stress.
Menurut Leventhal dan Clearly terdapat empat tahap perilaku merokok sehingga menjadi perokok :
a. Tahap Prepatory, pada tahap ini seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau hasil bacaan. Hal ini menimbulkan niat untuk merokok.
b. Tahap initation, pada tahap ini perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker, pada tahap ini yaitu apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang sehari, maka mempunyai kecenderungan perokok (Saifuddin, 2003).
d. Tahap Maintanance of smoking, pada tahap ini sudah merupakan suatu cara pengaturan diri. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
7. Alasan merokok
Ada beberapa alasan umum yang menjadikan seseorang menjadi perokok menurut Monique tahun 2000 yaitu :
a. Mencoba-coba dan ikut-ikutan, dimana kedua hal ini sering menjadi suatu alasan beberapa remaja yang menjadi perokok terutama remaja pria yang selalu ingin mencoba pengalaman baru tanpa mengetahui bahaya yang diakibatkan.
b. Menambah kepercayaan diri / jati diri, hal ini sering juga menjadi alasan remaja terutama pria di dalam pergaulannya selalu mencari jati diri dan menambah kepercayaan diri.
c. Menghilangkan waktu senggang, ini juga merupakan alasan yang sering dijumpai pada beberapa golongan usia.
d. Mengusir rasa dingin sementara pada tubuh, alasan ini merupakan alasan pada beberapa golongan masyarakat yang tinggal di daerah dingin karena dapat mengusir rasa dingin pada tubuh.
e. Dapat menghilangkan sakit kepala dan stress, alasan dijumpai pada orang yang terbiasa merokok dan sudah lama menjadi perokok sehingga apabila tidak merokok ada sesuatu yang hilang yang menyebabkan sakit kepala dan stress.
8. Tipe perokok
Tipe perokok dapat dibagi menjadi dua :
a. Perokok aktif adalah orang-orang yang langsung menghisap atau mengkonsumsi rokok. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang merokok disekitar kita, seperti di kantor, di pasar, tempat umum lainnya atau dalam rumah tangga kita sendiri.
b. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi terpaksa menghisap asap rokok. Hal ini biasa terjadi pada saat perokok aktif mengeluarkan asap utama yang dihisap perokok itu sendiri dan yang keluar ke udara sehingga terhisap oleh orang-orang yang ada disekitar perokok (Nurlailah, 2000).
B. Tinjauan Umum Tentang Remaja
1. Pengertian
Menurut Salzman dalam buku Yusuf (2004) remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung terhadap orang tua kearah kemandirian, minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1999) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hokum. Masa remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir (Iskandarsyah, 2006)
Masa remaja dapat dibagi berdasarkan umur yang terdiri dari dua tahap, yaitu :
a. Masa remaja awal sekitar usia 13-16 tahun, pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat,sehingga memungkinkan terjadinya goncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan budaya dalam masyarakat, yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti beredarnya film-film dan foto-foto porno, minuman keras ganja atau obat-obatan terlarang. Hal ini mempunyai daya tarik yang kuat bagi remaja yang mencobanya.
b. Masa remaja akhir 17-21 tahun, secara psikologis, masa ini merupakan permulaan masa dewasa, emosinya mulai stabil dan pemikirannya mulai matang atau kritis (Iskandarsyah, 2006)
2. Karakteristik remaja
Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakteristik yang khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya menurut Iskandarsyah (2006), karakteristik pada remaja dibagi menjadi delapan yaitu :
a. Masa remaja adalah periode penting, periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bias menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan meminta hal yang baru.
b. Masa remaja adalah masa peralihan, periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, sering kali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengenai peran yang dituntut oleh lingkungan, misalnya pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
c. Masa remaja adalah periode perubahan, perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, peningkatan emosionalitas, perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual, perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru, karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan kebanyakan remaja merasa biasa saja terhadap perubahan yang terjadi.
d. Masa remaja adalah usia bermasalah, pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua alasan yaitu pertama, pada saat anak-anak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri maka sering kali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga yang ditimbulkan adalah kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri, pada periode ini pergaulan terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.
f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan, masa remaja ini sering kali ditakuti oleh individu itu sendiri dan lingkungan. Gambaran-gambaran negative yang ada dipikiran masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat remaja itu sendiri merasa takut dengan menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua atau guru untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis, remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspirasi yang tidak realistis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga dan teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa, pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dan menciptakan kesimpulan bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual (Iskandarsyah, 2006).
3. Lingkungan sosial remaja
Secara sosial remaja berada di tiga lingkungan menurut yaitu :
a. Di lingkungan keluarga, yaitu dengan menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga (orang tua dan saudara), menerima otoritas orang tua / mau mentaati peraturan yang ditetapkan orang tua, menerima tanggung jawab dan batasan-batasan atau norma keluarga, berusaha untuk membantu anggota keluarga.
b. Di lingkungan sekolah, meliputi bersikap, bertanggung jawab dan mau menerima peraturan sekolah, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah, menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah, bersikap hormat terhadap guru atau pemimpin sekolah dan staf lainnya, membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya
c. Di lingkungan masyarakat, yang terdiri dari mengakui dan menghormati hak-hak orang lain, memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain, bersikap simpati dan memperhatikan kesejahteraan orang lain, bersikap menghormati nilai-nilai, hokum, tradisi, dan kebijakan-kebijakan masyarakat (Yusuf, 2004).
4. Moment-moment saat merokok
Tidak semua perokok pada remaja melakukan aktivitas merokok terus menerus atau dengan seenaknya. Biasanya remaja mempunyai moment-moment (waktu-waktu)) tertentu untuk melakukan aktivitas merokok. Mereka melakukan aktivitas merokok mungkin hanya pada saat berkumpul dengan temannya, atau pada saat suasana tertentu misalnya berkemah atau mendaki gunung.
Bagi remaja yang bukan benar-benar pecandu rokok, ia tidak melakukan aktivitas merokok jika tidak ada moment khusus. Misalnya saja merokok pada saat berkumpul dengan teman, mungkin dikarenakan ia ingin menghargai teman lainnya yang merokok atau tidak ingin dikucilkan oleh teman-temannya.
5. Hal yang diperoleh remaja dari merokok
Begitu banyaknya bahaya yang diakibatkan rokok, namum ironisnya tak menyurutkan orang untuk tetap merokok. Ada dua hal yang diperoleh dari merokok, yakni dalam bentuk fisik dan psikis. Hal yang yang diperoleh tersebut dapat berupa keuntungan atau bahkan kerugian dari merokok. Sebagai contoh hal yang diperoleh dari merokok secara fisik, terkadang orang merasa lebih segar jika ia merokok., atau contoh lain yaitu ada yang merasa pusing kalau merokok. Selain fisik hal yang diperoleh dari merokok juga dapat berbentuk psikis, misalnya dengan merokok dapat menambah konsentrasi atau bahkan dengan merokok dapat mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi (Corey, 2001: 18). Kesemuanya itu dapat dianggap sebagai suatu persepsi remaja terhadap rokok yang akhirnya dapat membentuk sikapnya terhadap merokok itu sendiri.
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan adalah data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten. Sumber pengetahuan biasa berupa banyak bentuk contohnya adalah koran, majalah, email, artikel, dan manusia (Hendrik, 2003).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dimana penginderaan dapat melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang yang terdiri dari :

1. Proses adaptasi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ada beberapa proses yang berurutan yaitu Awarenes (kesadaran), pada tahap ini seseorang menyadari atau mengetahui stimulus terlebih dahulu, Interest yaitu orang mulai tertarik pada stimulus, selanjutnya adalah evaluation yaitu mempertimbangkan baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, kemudian trial yaitu orang telah mulai mencoba perilaku baru dan yang terakhir adalah adoption, yakni orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkatan pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmojo pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkataan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memaham diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut , dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian – penilain itu Berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang ada.
(Notoatmodjo, 2003).
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut ida Bagus Tjitarda “ pengetahuan “ dipengaruhi oleh pengalaman dan informasi’.
a. Pengalaman
Pengalaman yang didapat oleh seseorang terutama berasal dari pengalaman dan menerima pelayanan kesehatan oleh petugas.

b. Informasi
Informasi ini berasal dari guru, orang tua, teman, surat kabar. Pengalaman dan pendidikan perempuan semenjak akan mempengaruhi sikap dan penampilan.
D. Tinjauan Umum Tentang Sikap Siswa Terhadap Merokok
Sikap siswa terhadap rokok tidak begitu saja muncul pada para siswa, mungkin sikap yang dimiliki oleh para siswa itu disebabkan oleh hasil evaluasinya terhadap orang yang merokok yang akhirnya membentuk sebuah pengalaman baru yang mewarnai perasaannya yang akhirnya ikut menentukan kecenderungan berprilaku bahwa siswa itu akan ikut merokok atau menghindari dari aktivitas merokok.
Itulah fenomena sikap, fenomena sikap yang timbulnya tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang kita hadapi tetapi juga oleh kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan harapan kita untuk masa yang akan datang. Lalu, apakah sikap itu sebenarnya? (Saifuddin, 2003).
1. Pengertian Sikap
Sikap lebih dikenal oleh kalangan awam dengan istilah keadaan psikis penilaian terhadap objek tertentu. Sebenarnya sikap lebih tepat diartikan sebagai keadaan psikis seseorang mengenai penilaian, perasaan, dan kecenderungan berprilaku terhadap objek tertentu. Untuk lebih memperjelas mengenai pengertian sikap di bawah ini ada beberapa pengertian mengenai sikap.
Sikap mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan sebagainya) dan mengandung penilaian (setujutidak setuju, suka-tidak suka) (Sarlito, 1997: 232). Sikap yang dikemukakan oleh Sarlito ini hanya memfokuskan sikap sebagai penilaian terhadap objek tertentu. Misalnya, sikap terhadap merokok, dalam hal ini sikap hanya mengandung penilaian setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap merokok.
2. Komponen Sikap.
Sikap mengandung 3 bagian (domain), ketiga domain sikap itu adalah kognitif, afektif, dan konatif (Sarlito, 1997: 234).
a. Aspek Kognitif.
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap (Saifuddin, 2003: 25). Selain itu, Mar’at (1981: 13) mempertegas dengan memberikan pengertian bahwa “Komponen kognisi berhubungan dengan beliefs, ide dan konsep”.
Untuk memperjelas, dicontohkan pada perilaku merokok pada siswa (SMA/SMK) laki-laki sebagai suatu objek sikap. Dalam hal ini, komponen kognitif sikap terhadap perilaku merokok pada siswa (SMA/SMK) laki-laki adalah apa saja yang dipercayai seseorang mengenai merokok pada siswa tersebut. Sering kali isyu atau pendapat pada masyarakat umum sesuatu yang telah terpolakan jika para pelajar melaukan aktivitas merokok, maka para pelajar tersebut cenderung digolongkan atau dikategorikan kedalam para siswa yang nakal. Terlepas dari pada itu, bagi para remaja seperti yang diungkapkan sebelumnya bahwa merokok itu adalah lambing kematangan, lambang pergaulan, dan lambang kedewasaan.
Sekali kepercayaan tersebut telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu (Saifuddin, 2003: 25). Kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat, kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.
b. Aspek Afektif.
Komponen afektif berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang (Mar’at, 1981).
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadao suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu (Saifuddin, 2003).
Sebagai contoh, dua orang mempunyai sikap negative terhadap rokok, yang satu tidak menyukai rokok dan ketidak sukaannya ini dikarenakan dengan ketakutan akan bahaya yang diakibatkan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokok. Sedangkan orang yang kedua ketidak sukaannya disebabkan oleh rasa benci karena rasa sebal dan ingin muntah dikarenakan asap atau bau rokok.
Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai yang dianggap benar dan berlaku bagi objek tersebut. Bila kita percaya bahwa merokok membawa dampak negatif dan ancaman terhadap kesehatan, maka akan terbentuk perasaan tidak suka atau negatif terhadap rokok.
c. Aspek Konatif/Komponen Perilaku.
Komponen konatif yang merupakan kecenderungan bertingkah laku (Mar’at, 1981).
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang bada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya (Saifuddin, 2003)
3. Pembentukan dan perubahan sikap.
Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarang saja. Seperti yang diungkapkan oleh Saifuddin (2003) bahwa ”Sikap sosial terbentuk dari interaksi sosial yang dialami oleh individu”
Bagaimanakah sikap dapat terbentuk atau berubah?, Pembahasan mengenai pembentukan dan perubahan sikap hampir selalu dipusatkan pada cara-cara manipulasi atau pengendalian situasi dan lingkungan untuk menghasilkan perubahan sikap kearah yang dikehendaki. Dasar-dasar manipulasi itu diperoleh dari pemahaman menengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan proses perubahan sikap, terutama yang berkaitan dengan pembentukan stimulus tertentu untuk menghadirkan respon yang dikehendaki (Saifuddin, 2003).
a. Pembentukan sikap
Mc Cuire dalam Mar’at (1981: 25) berpendapat bahwa ‘Masalah yang penting dalam psikologi sosial adalah memahami dan mengerti pembentukan suatu sikap dan perubahannya’. Oleh karena itu, untuk mengetahui sikap remaja terhadap merokok terlebih dahulu kita harus tahu faktor apa saja yang menentukan dalam merubah atau membentuk sikap remaja terhadap rokok.
Faktor-faktor yang membentuk sikap :
1) Pengalaman pribadi.
Apa yang telah dan sedang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus social (Saifuddin, 2003: 30). Ini berarti bahwa apa yang kita telah alami dan sedang kita alami bisa membentukan suatu respon yang akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mempunyai respon dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut. Apakah respon dan penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif atau negatif tergantung pada berbagai faktor yang ikut menentukan. Sehubungan dengan hal ini, Middlebrook dalam Saifuddin (2003: 31) mengatakan bahwa ‘Tidak adanya pengalaman sama sekali dengan objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatife terhdap objek tersebut’
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat (Saifuddin, 2003: 31).karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Kebudayaan.
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap (Saifuddin, 2003: 33). Apabila kita atau para remaja hidup dalam lingkungan atau kebudayaan yang menganggap merokok sebagai suatu hal yang wajar dilakukan oleh para remaja, maka kemungkinan besar kita bahkan remaja akan mempunyai sikap bahwa perilaku merokok pada remaja merupakan suatu hal yang wajar dilakukan dan bukan suatu hal yang tabu.
Begitu juga sebaliknya, jika kita atau para remaja itu sendiri tinggal dilingkungan atau kebudayaan yang menganggap perilaku merokok pada remaja itu suatu hal yang kurang baik. Apabila keadaan lingkungan atau kebudayaan seperti itu, kemungkinan besar kita tau para remaja tersebut akan mempunyai sikap bahwa jika merokok dilakukan oleh para remaja khususnya usia sekolah maka remaja tersebut dikategorikan sebagai anak yang kurang baik atau nakal
3) Orang lain yang dianggap penting.
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita (Saifuddin, 2003: 32). Pada umunya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang yang searah dengan seseorang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini dapat disebabkan karena keinginan untuk menghidari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4) Media massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah, dan sebagainya mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Seperti halnya diungkapkan oleh Saifuddin (2003: 34) bahwa “Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang”.
5) Institusi lembaga pendidikan dan lembaga agama.
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam bentuk dalam bentuk sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu (Saifuddin, 2003:36)
6) Faktor emosi dalam diri individu.
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Saifuddin (2003: 36) berpendapat bahwa “Kadang-kadang sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego”. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.
b. Perubahan sikap.
Sikap adalah suatu betuk keadaan psikologis yang tidak begitu saja terbentuk atau pun tetap saja keadaannya. Tatkalanya sikap berubah sesuai dengan keadaan yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang menghambat dan menunjang perubahan sikap :

1) Faktor-faktor yang menghambat :
a) Stimulus bersifat indeferent, sehingga faktor perhatian kurang berperan terhadap stimulus yang diberikan.
b) Tidak memberikan harapan atau masa depan (arti psikologik)
c) Adanya penolakan terhadap stimulus tersebut, sehingga tidak ada pengertian terhadap stimulus tersebut (menentang)
(Mar’at, 1981: 28)
2) Faktor-faktor yang menunjang :
a) Dasar utama terjadinya perubahan sikap adalah adanya imbalan dan hukuman, di mana individu mengasosiasikan reaksinya yang disertai dengan imbalan dan hukuman.
b) Stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadinya perubahan dalam sikap.
c) Stimulus mengandung prasangka bagi individu yang mengubah sikap semula
(Mar’at’ 1981: 28)
4. Pengukuran sikap.
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan prilaku manusia adalah masalah pengungkapan atau pengukuran sikap. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa sikap merupakan respon penilaian yang dapat berbentuk negatif atau positif. Hal ini berarti bahwa dalam sikap terkandung adanya rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu sebagai objek sikap (Saifuddin, 2003)
Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa di antara banyak metode pengungkapan sikap yang secara hitorik telah dilakukan orang.
a. Observasi perilaku.
Kalau seseorang menampakan perilaku yang konsisten (berulang) misalnya seorang remaja suka merokok meskipun masih menggunakan seragam sekolah, bukankah kita berkesimpulan bahwa ia bersikap menerima kebiasaan merokok pada remaja meski masih menggunakan seragam.
Oleh karena itu, sangat masuk akal tampaknya apabila sikap bias ditafsirkan dari bentuk perilaku yang tampak. Hal ini juga telah disampaikan dari definisi di atas bahwa sikap sebagai pre-disposisi dari perilaku.
b. Penanyaan langsung.
Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan sikap pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi bahwa manusia akan mengungkapkan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, dalam metode ini jawaban yang diberikan oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator sikap mereka.
Pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung memiliki keterbatasan dan kelemahan yang mendasar, misalnya individu tidak tahu hal yang sebenarnya tentang dirinya atau bahkan ia tidak memberikan jawaban yang sebenarnya yang dirasakannya.
c. Skala sikap.
Metode pengungkapan sikap yang sering digunakan sampai sekarang ini adalah skala sikap. Skala sikap sampai saat ini masih dianggap sebagai metode pengungkapan sikap yang paling dapat diandalkan dan sederhana, seperti yang diungkapkan oleh Saifuddin : “Metode pengukapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap” (Saifuddin, 2003).
d. Pengukuran terselubung.
Metode pengukuran terselubung sebenarnya berorientasi kembali ke metode observasi perilaku yang telah dikemukakan di atas, akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan perilaku tampak yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi di luar kendali orang yang bersangkutan.

E. Kerangka Konsep
Dimana pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dimana penginderaan dapat melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Begitu pula dengan sikap siswa terhadap rokok. Sikap remaja terhadap rokok tidak begitu saja muncul pada para remaja, mungkin sikap yang dimiliki oleh para remaja itu disebabkan oleh hasil evaluasinya terhadap orang yang merokok yang akhirnya membentuk sebuah pengalaman baru yang mewarnai perasaannya yang akhirnya ikut menentukan kecenderungan berprilaku bahwa remaja itu akan ikut merokok atau menghindari dari aktivitas merokok.
Pada dasarnya setiap orang atau pelajar tahu akan bahaya merokok mengingat di setiap bungkus rokok terdapat peringatan pemerintah tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Namun apakah pengetahuan tersebut mempengaruhi sikap remaja terhadap bahaya merokok, inilah yang menjadi perhatian peneliti untuk ditindaklanjuti dalam sebuah penelitian secara ilmiah.
Dari hal itu, maka skema kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :



Skema kerangka konsep










Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti

F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok”.

G. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
a. Variabel Independen (Variabel bebas ) yaitu :
Pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan
b. Variabel dependen (Variabel terikat ) yaitu :
Sikap siswa terhadap rokok
2. Defenisi operasional
a. Pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan
Pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan adalah sesuatu informasi yang diketahui oleh responden tentang bahaya rokok bagi kesehatan
Kriteria objektif :
Pengetahuan dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 dengan total skore sebanyak 20 yaitu dengan kriteria sebagai berikut :
1) Untuk jawaban mempunyai 3 pilihan :
a) Jawaban (a) = 2
b) Jawaban (b) = 1
c) Jawaban (c) = 0
2) Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :
a) Tingkat pengetahuan baik apabila jawaban responden benar > 65% atau memiliki skore > 13 dari seluruh pertanyaan.
b) Tingkat pengetahuan kurang apabila jawaban responden benar < 65% atau memiliki skore < 13 dari seluruh pertanyaan. b. Sikap siswa terhadap rokok Sikap siswa terhadap rokok adalah kesiapan yang kompleks dari siswa untuk memperlakukan dan bertindak terhadap merokok, baik positif atau negatif , menerima atau menolak, kesiapan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan konatif. Kesiapan dari siswa tersebut berbeda-beda tergantung pada tujuan, lingkungan yang dapat mempengaruhi dan pandangannya terhadap manfaat dan kerugian merokok. Kriteria objektif : Sikap dapat diukur dengan pemberian skore terhadap jumlah kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 10 yang diajukan, total skore 20 dengan kriteria sebagai berikut : 1) Untuk jawaban mempunyai 3 pilihan : a) Jawaban Setuju = 2 b) Jawaban Kurang Setuju = 1 c) Jawaban Tidak Setuju = 0 2) Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : a) Kategori baik apabila jawaban responden benar > 65% atau memiliki skore > 13 dari seluruh pertanyaan.
b) Kategori kurang apabila jawaban responden benar < 65% atau memiliki skore < 13 dari seluruh pertanyaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan Cross Sectiona studyl, yaitu dengan melihat hubungan antara pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki di SMK Negeri 1 Makassar.
Keseluruhan subjek yang menjadi populasi dalam penelitian ini ditetapkan dengan berstatus sebagai berikut :
a. Siswa tersebut berstatus sebagai siswa kelas II dan kelas III di SMK Negeri 1 Makassar.
b. Siswa-siswa tersebut berjenis kelamin laki-laki.
c. Siswa – siswa tersebut terdaftar sebagai siswa program studi akutansi dan perdagangan.
Berdasarkan data yang diperoleh maka, perincian jumlah populasi penelitian adalah 132 siswa.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara stratified random sampling. Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasinya tidak homogen yang terdiri atas kelompok yang homogeny atau berstrata secara proporsional. Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus Taro Yamane yang dikutip oleh Notoatmodjo tahun 2002 :
Rumus :
n = N
1 + N (d2)
Keterangan :
N : Jumlah populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan
N = 132
d = 10% = (0,1)
Maka :
n = 132 = 132 = 132
1 + 132 (0,12) 1 + 1,32 2,32
n = 56,8 dibulatkan menjadi 57 orang
Untuk menentukan sampel pada masing-masing jurusan dilakukan fraksi sampel untuk setiap jurusan yaitu dengan rumus :
Besar sampel
Fraksi sampel : x Jumlah seluruh laki-laki yang ada
di jurusan
Jumlah populasi
Untuk kelas II :
57
Jurusan akutansi : x 42 = 18.13 = 18 orang
132
57
Jurusan perdagangan : x 43 = 18.56 = 19 orang
132
Untuk kelas III :
57
Jurusan akutansi : x 26 = 11.22 = 11 orang
132
57
Jurusan perdagangan : x 21 = 9 orang
132
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang dimaksud adalah tempat dimana peneliti akan melakukan penelitian yaitu di SMK Negeri 1 Makassar
2. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus tahun 2010.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
1. Data primer
Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara langsung menggunakan kuesioner.
2. Data sekunder
Data diambil dari catatan kantor tata usaha SMK Negeri 1 Makassar, yaitu jumlah seluruh siswa laki-laki kelas II dan III pada jurusan akutansi dan perdagangan.
2. Pengolahan data
Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing
Editing yaitu memeriksa, mengamati apakah semua pertanyaan telah terjawab, jawaban yang ada atau tertulis dapat dibaca atau tidak, konsistensi jawaban ada / tidaknya kekeliruan lain yang mungkin dapat mengganggu proses pengolahan data.
b. Koding
Koding yaitu melakukan pengkodean terhadap setiap jawaban agar proses pengolahan data lebih mudah.
c. Tabulasi
Tabulasi yaitu setelah pengkodean kemudian dikelompokan ke dalam suatu table untuk memudahkan menganalisis data.
d. Evaluating
Evaluating yaitu proses penilaian pada setiap jawaban yang diberikan oleh responden


3. Analisa data
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan program komputer SPSS dengan uji chi square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok.
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, perlu adanya rekomendasi dari institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika yang meliputi :
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
2. Tanpa nama (Anomity)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran umum lokasi penelitian
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Makassar merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di kota Makassar dan terletak di Jalan Andi Mangerangi no. 38 Makassar. SMK ini terdiri dari tiga kelas yaitu kelas I, II dan kelas III dimana masing – masing kelas dibagi menjadi tiga jurusan yaitu Administrasi Perkantoran atau Sekretaris, Keuangan atau Akuntansi dan Manajemen Bisnis atau Perdagangan.
Jumlah siswa dan siswi kelas II dan kelas III dari jurusan Akuntansi dan Perdagangan adalah sebanyak 489 orang. Berdasarkan jenis kelamin maka kedua kelas ini terdiri dari 132 orang laki – laki dan 357 orang perempuan.
2. Deksripsi Data
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan tentang Dampak Rokok bagi Kesehatan dengan Sikap Siswa terhadap Rokok di SMK Negeri 1 Makassar dengan 57 responden maka diperoleh data sebagai berikut :


a. Pengetahuan responden
Pengetahuan responden dapat dilihat secara rinci pada table 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan di SMK Negeri 1 Makassar.

No. Pengetahuan responden Jumlah Persen
1. Pengertian rokok
a. Rokok adalah cacahan tembakau yang dibungkus dengan kertas yang panjangnya berukuran 70 – 120 mm. 40 70,2
b. Rokok adalah yang biasa dihisap laki-laki 9 15,8
c. Tidak tahu 8 14
Jumlah 57 100
2. Kandungan yang terdapat dalam rokok
a. KarbonMonoksida, Nikotin, Tar, Kadmium, Amoniak, Asam Sianida, Formaldehid, Fenol, Asetol. 8 14
b. Tar, Nikotin 36 63,2
c. Tidak tahu 13 22,8
Jumlah 57 100
3 Kandungan yang ada pada rokok dapat mengganggu kesehatan
a. Kandungan rokok dapat mengganggu kesehatan 45 78,9
b. Jika yang dikonsumsi sedikit tidak berbahaya tetapi jika banyak mengganggu kesehatan 12 21,1
c. Tidak tahu 0 0
Jumlah 57 100
4. Bahaya rokok pada perokok aktif dan perokok pasif
a. Perokok aktif lebih kecil dari pada perokok pasif 20 35,1
b. Perokok aktif sama dengan perokok pasif 16 28,1
c. Tidak tahu 21 36,8
Jumlah 57 100
5. Penyaki-penyakit yang disebabkan rokok
a. Gangguan susunan saraf pusat, gangguan pada jantung, gangguan pembuluh darah, gangguan pada lambung, kebodohan karena penurunan daya imun, impotensi, kanker 8 14
b. Penyakit jantung, impotensi, kanker 45 78,9
c. Tidak tahu 4 7,1
Jumlah 57 100
6. Rokok dapat memberikan efek ketergantungan
a. Rokok dapat memberikan efek ketergantungan karena di dalam rokok terdapat nikotin yang dapat membuat perokok ketergantungan 39 68,4
b. Rokok tidak dapat membuat efek ketergantungan 5 8,8
c. Tidak tahu 13 22,8
Jumlah 57 100
7. Merokok dapat membahayakan orang-orang disekitar
a. Merokok dapat mengganggu kesehatan orang disekitar karena asap rokok terhirup oleh orang-orang disekitar 45 78,9
b. Risiko membahayakan orang - orang disekitar hanya kecil karena bukan mereka yang menghisap rokok 10 17,6
c. Tidak tahu 2 3,5
Jumlah 57 100
8. Merokok dapat menghilangkan stress
a. Rokok hanya dapat menghilangkan stress sementara karena di dalamnya terdapat nikotin yang membuat perasaan tenang 42 73,7
b. Rokok dapat menghilangkan stress untuk selama-lamanya 2 3,5
c. Tidak tahu 13 22,8
Jumlah 57 100
9. Merokok mempunyai fungsi yang positif untuk tubuh
a. Merokok tidak mempunyai fungsi yang positif terhadap tubuh tetapi dapat merusak bagian-bagian tubuh 42 73,7
b. Sebagian kandungan rokok dapat berguna bagi tubuh 4 7
c. Tidak tahu 11 19,3
Jumlah 57 100
10. Merokok dapat mengganggu fungsi otak
a. Merokok dapat mengganggu banyak fungsi otak 27 47,4
b. Merokok hanya mengganggu sedikit fungsi otak 11 19,3
c. Tidak tahu 19 33,3
Jumlah 57 100
Sumber : Data penelitian 2010
Berdasarkan table 4.1 diketahui bahwa responden yang mengetahui tentang pengertian rokok ada sebanyak 40 orang (70,2 %), mengetahui kandungan dalam rokok yang paling tinggi adalah kandungan rokok yaitu tar dan nikotin ada sebanyak 36 orang (63,2 %), mengetahui kandungan dalam rokok dapat mengganggu kesehatan sebanyak 45 orang (78,9 %), bahaya rokok pada perokok aktif dan perokok pasif adalah lebih banyak yang tidak mengetahui yaitu sebanyak 21 orang (36,8 %), mengetahui penyakit-penyakit yang disebabkan rokok paling tinggi adalah penyakit jantung, impotensi dan kanker sebanyak 45 orang (78,9 %), mengetahui merokok dapat memberikan efek ketergantungan sebanyak 39 orang (68,4 %), mengetahui merokok dapat membahayakan orang-orang disekitar sebanyak 45 orang (78,9 %), mengetahui merokok dapat menghilangkan stress untuk sementara saja sebanyak 42 orang (73,7 %), mengetahui merokok yang tidak mempunyai fungsi yang positif terhadap tubuh sebanyak 42 orang (73,7 %), dan mengetahui merokok mengganggu banyak fungsi otak sebanyak 27 orang (47,4 %).
Tabel 4.2.
Distribusi responden berdasarkan kategori pengetahuan di SMK Negeri 1 Makassar.

No. Pengetahuan Jumlah Persen
1. Baik 35 61,4
2. Kurang 22 38,6
Jumlah 57 100
Sumber : Data penelitian 2010
Berdasarkan tabel 4.2. diketahi bahwa pengetahuan dengan kategori baik lebih banyak yaitu 35 orang (61,4 %), dibandingkan pengetahuan dengan kategori kurang yaitu 22 orang (38,6 %).
b. Sikap responden
Untuk mengetahui sikap responden dapat dilihat dari jumlah nilai yang diperoleh dari sepuluh pernyataan, nilai maksimal yaitu dua puluh (20) dan minimal nol (0). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut.
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap di SMK Negeri 1 Makassar.


No
Sikap responden Setuju Kurang setuju Tidak setuju
Jumlah
N % n % n % n %
1 Menolak bila ditawari merokok 32 56,2 7 12,3 18 31,5 57 100
2 Merokok dapat membuat prestasi di sekolah turun 29 50,9 17 29,8 11 19,3 57 100
3 Kalimat yang ada pada tabel peringatan yang terdapat pada rokok 41 71,9 14 24,6 2 3,5 57 100
4 Merokok bukan hal yang dapat menunjukan anak yang gaul 30 52,6 16 28,1 11 19,3 57 100
5 Merasa tidak nyaman berada disamping orang yang sedang merokok 33 57,9 16 28,1 8 14 57 100
6 Asap rokok dapat menimbulkan penyakit buat orang disekitar 41 71,9 12 21,1 4 7 57 100
7 Peraturan tidak bisa merokok disembarang tempat 36 63,2 7 12,3 14 24,5 57 100
8 Merokok hanya dapat menghabiskan uang saja 39 68,4 16 28,1 2 3,5 57 100
9 Merokok hanya dapat menimbulkan penyakit 41 71,9 13 22,8 3 5,3 57 100
10 Merokok bukanlah cara hidup sehat 46 80,7 9 15,8 2 3,5 57 100
Sumber : Data penelitian 2010
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sikap sebagian besar responden adalah setuju terhadap menolak bila ditawari merokok sebanyak 32 orang (56,2 %), sikap setuju terhadap merokok dapat membuat prestasi di sekolah turun sebanyak 29 orang (50,9 %), sikap setuju terhadap kalimat yang ada pada tabel peringatan yang terdapat pada rokok sebanyak 41 orang (71,9 %), sikap setuju terhadap merokok bukan hal yang dapat menunjukan anak yang gaul sebanyak 30 orang (52,6 %), sikap setuju terhadap merasa tidak nyaman berada disamping orang yang sedang merokok sebanyak 33 orang (57,9 %), sikap setuju terhadap asap rokok dapat menimbulkan penyakit buat orang disekitar sebanyak 41 orang (71,9 %), sikap setuju terhadap peraturan tidak bisa merokok disembarang tempat sebanyak 36 orang (63,2 %), sikap setuju terhadap merokok hanya dapat menghabiskan uang saja sebanyak 39 orang (68,4 %), sikap setuju terhadap merokok hanya dapat menimbulkan penyakit sebanyak 41 orang (71,9 %), dan sikap setuju terhadap merokok bukanlah cara hidup sehat adalah sebanyak 46 orang (80,7 %).
Tabel 4.4.
Distribusi responden berdasarkan kategori sikap di SMK Negeri 1 Makassar.

No. Sikap Jumlah Persen
1. Baik 36 63,2
2. Kurang 21 36,8
Jumlah 57 100
Sumber : Data penelitian 2010
Berdasarkan tabel 4.4. diketahi bahwa sikap responden dengan kategori baik lebih banyak yaitu 36 orang (63,2 %), dibandingkan sikap responden dengan kategori kurang yaitu 21 orang (36,8 %).
3. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah untuk melihat hubungan antara pengetahuan dengan sikap siswa / responden di SMK Negeri 1 Makassar
Tabel 4.5.
Hubungan pengetahuan dengan sikap di SMK Negeri 1 Makassar.


Pengetahuan Sikap
Jumlah
P
Value
Kurang Baik
n % n % n %
Kurang 14 63,6 8 36,4 22 100
0,001
Baik 7 20 28 80 35 100
Jumlah 21 36,8 36 63,2 57 100
Sumber : Data penelitian 2010
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 22 responden (100 %), didapat responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan sikap kurang sebanyak 14 responden (63,6 %), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan sikap baik sebanyak 8 responden (36,4 %). Dan responden yang memiliki pengetahuan baik dengan sikap kurang sebanyak 7 responden (20 %), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik dengan sikap baik sebanyak 28 responden (80 %).
Berdasarkan hasil uji Chi-square maka diperoleh nilai P = 0,001 dengan menunjukan P < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok di SMKN 1 Makassar.
B. Pembahasan
1. Pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan di SMKN 1 Makassar.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dimana penginderaan dapat melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Dimana pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu : tahu (know) adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah, disini subjek mengetahui apa itu rokok dan rokok telah dikenal atau dipelajari sebelumnya. Subjek akan dapat menyebutkan, menguraikan ataupun mendefenisikan secara benar apa yang dimaksud dengan rokok, misalnya : seorang mengetahui apa itu rokok, jenis-jenis rokok yang dijual, ataupun menjelaskan rokok itu dari sudut pandangnya. Memahami (comprehension) merupakan tingkat yang lebih tinggi dari tahu, disini subjek memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan rokok secara benar. Aplikasi (application), disini subjek mampu menggunakan pengetahuannya akan rokok dalam kondisi atau situasi yang sesungguhnya, misalnya : seseorang yang telah mengerti akan bahaya asap rokok, dia akan keluar dari ruangan yang penuh dengan asap rokok tersebut guna menjaga kesehatannya. Pada tingkat analisis (analisis), subjek memiliki kemampuan untuk menjabarkan rokok lebih spesifik. Pada tahap ini subjek mulai menganalisis efek-efek dari asap rokok terhadap kesehatan maupun keuntungan dan kerugian dari asap rokok. Sedangkan tingkat sintesis (synthesis), subjek mulai menghubungkan efek-efek dari asap rokok, kandungan di dalam rokok dengan timbulnya penyakit, misalnya : kanker, penyakit jantung maupun PPOK. Akhirnya pada tingkat evaluasi (evaluation), subjek membuat keputusan berdasarkan tahapan pengetahuan terhadap rokok, dimana subjek akan menanggapi rokok secara positif maupun negatif. (Notoatmodjo,2003).
Pengetahuan responden yang meliputi pengertian rokok, kandungan yang terdapat dalam rokok, kandungan dalam rokok dapat mengganggu kesehatan, bahaya rokok pada perokok aktif dan perokok pasif, penyakit – penyakit yang disebabkan rokok, merokok dapat memberikan efek ketergantungan, merokok dapat membahayakan orang-orang disekitar, merokok dapat menghilangkan stress, merokok mempunyai fungsi yang tidak baik bagi tubuh, merokok mengganggu fungsi otak yang dikategorikan dalam kategori baik dan kategori kurang.
Pada penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan responden dengan kategori baik lebih banyak yaitu 35 orang (61,4 %), dibandingkan pengetahuan dengan kategori kurang yaitu 22 orang (38,6 %).
2. Sikap siswa terhadap rokok
Sikap adalah suatu bentuk keadaan psikologis yang tidak begitu saja terbentuk atau pun tetap saja keadaannya. Tatkalanya sikap berubah sesuai dengan keadaan yang mempengaruhinya. Seperti yang telah dikemukakan bahwa sikap merupakan respon penilaian yang dapat berbentuk negatif atau positif. Hal ini berarti bahwa dalam sikap terkandung adanya rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu sebagai objek sikap. Misalnya sikap terhadap rokok, dalam hal ini sikap hanya mengandung penilaian setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap merokok (Saifuddin, 2003).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehiduppan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah satu ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatuu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Sikap responden terhadap rokok yang meliputi menolak bila ditawari merokok, merokok dapat membuat prestasi di sekolah turun, kalimat yang ada pada tabel peringatan yang terdapat pada rokok, merokok bukan hal yang dapat menunjukan anak yang gaul, merasa tidak nyaman berada disamping orang yang sedang merokok, asap rokok dapat menimbulkan penyakit buat orang disekitar, peraturan tidak bisa merokok disembarang tempat, merokok hanya menghabiskan uang saja, dan merokok bukanlah cara hidup sehat. Sikap responden dikategorikan dalam kategori baik dan kategori kurang.
Pada penelitian ini menunjukan bahwa sikap responden dengan kategori baik lebih banyak yaitu 36 orang (63,2 %), dibandingkan sikap responden dengan kategori kurang yaitu 21 orang (36,8 %).
3. Hubungan pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok di SMKN 1 Makassar.
Pada penelitian ini menunjukan bahwa dari 22 responden (100 %) dengan pengetahuan kurang, didapat responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan sikap kurang sebanyak 14 responden (63,6 %), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan sikap baik sebanyak 8 responden (36,4 %).
Dari data tersebut menunjukan bahwa dengan pengetahuan yang kurang lebih cenderung memiliki sikap yang kurang juga, dimana dalam hasil penelitian ini ada sebanyak 14 responden (63,6 %) yang memiliki pengetahuan kurang dengan sikap kurang. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang didapat responden mengenai dampak rokok bagi kesehatan sehingga mereka beranggapan bahwa merokok itu adalah hal yang biasa-biasa saja yang sering dilakukan oleh seseorang, dengan demikian akan terbentuklah sikap siswa yang menganggap bahwa merokok itu adalah hal yang biasa dan berkecenderungan untuk suka terhadap merokok.
Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan sikap baik ada sebanyak 8 responden (36,4 %). Hal ini menunjukan bahwa sikap yang dimiliki responden, tidak hanya berdasarkan pada tingkat pengetahuan yang dimilikinya, bisa saja sikap yang dimiliki responden berdasarkan pada pengalaman pribadinya yang mempunyai kepercayaan bahwa merokok membawa dampak negative dan ancaman terhadap kesehatan, sehingga terbentuk perasaan tidak suka terhadap rokok.
Dan dari 35 responden (100 %) dengan pengetahuan baik didapat responden yang memiliki pengetahuan baik dengan sikap kurang sebanyak 7 responden (20 %), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik dengan sikap baik sebanyak 28 responden (80 %). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada sebanyak 7 responden (20 %) yang memiliki pengetahuan baik namun memiliki sikap yang kurang. Hal ini disebabkan oleh karena adanya faktor-faktor lain yang lebih kuat yang mempengaruhi sikap siswa terhadap rokok misalnya faktor lingkungan, dimana faktor lingkungan ini akan cenderung mengajak seseorang untuk mengikuti fenomena yang ada dalam lingkungan tersebut.
Faktor lingkungan tersebut di antaranya adalah lingkungan keluarga, tempat tinggal, misalnya dalam lingkungan keluarga, terdapatnya orang tua, kakak, serta sanak keluarga lain yang memiliki kebiasaan merokok, maka keadaan inilah yang mengajak siswa juga untuk kecenderungan memiliki sikap baik terhadap rokok. Atau bahkan lingkungan pergaulan. Pernyataan tersebut dipertegas oleh pendapat Darvil dan Powell (2002: 121) yang menyatakan bahwa “remaja cenderung merokok karena memiliki teman-teman atau keluarga yang merokok”. Walaupun lingkungan menganggap merokok merupakan suatu hal yang kurang pantas dilakukan oleh remaja, tetapi dalam suatu lingkungan pergaulan mereka akan dianggap aneh jika tidak merokok. Hal inilah yang sering kali menyebabkan kebiasaan merokok pada remaja terpupuk dengan baik.
Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik dengan sikap baik ada sebanyak 28 responden (80 %). Hal ini menunjukan bahwa sikap yang dimiliki oleh para siswa adalah berdasarkan dari pengetahuannya mengenai dampak rokok bagi kesehatan, karena semakin baik pengetahuan yang dimiliki siswa, maka akan membentuk kesadaran pada diri siswa tentang bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat rokok. Hal inilah yang kemudian membentuk sikap yang baik pada diri siswa untuk tidak melakukan atau menjauhi aktifitas merokok. Sekali kepercayaan tersebut terbentuk maka itu akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu (Saifiddin, 2003).
Berdasarkan hasil uji Chi-square maka diperoleh nilai P = 0,001 dengan menunjukan P < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok di SMKN 1 Makassar. Besarnya hubungan dari penelitian ini berdasarkan odds ratio diperoleh 7,00 yang berarti bahwa siswa yang memiliki pengetahuan kurang memiliki risiko 7 kali mengalami sikap yang tidak baik terhadap rokok dibandingkan dengan siswa yang memiliki pengetahuan baik. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat menunjukan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang, maka semakin baik pula sikap yang dimiliki oleh seseorang tersebut, dimana dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa sikap atau perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada sikap atau perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Sesuai dengan penelitian Rogers (1974) yang dikuti oleh Notoatmodjo, 2003 mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ada beberapa proses yang berurutan yaitu Awarenes (kesadaran), pada tahap ini seseorang menyadari atau mengetahui stimulus terlebih dahulu, Interest yaitu orang mulai tertarik pada stimulus, selanjutnya adalah evaluation yaitu mempertimbangkan baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, kemudian trial yaitu orang telah mulai mencoba perilaku baru dan yang terakhir adalah adoption, yakni orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan kesadarannya terhadap stimulus.
Apa yang telah dan sedang kita alami adalah yang akan menghasilkan suatu pengetahuan baru yang kemudian akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial (Saifudin,2003). Ini berarti bahwa apa yang telah kita alami dan sedang kita alami bisa membentuk suatu respon yang akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mempunyai respon dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut. Apakah respon dan penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif atau negatif tergantung pada berbagai faktor yang ikut menentukan. Sehubungan dengan hal ini, Middlebrook dalam (Saifuddin, 2003) mengatakan bahwa “tidak adanya pengalaman sama sekali dengan objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan yang baik akan lebih cenderung mempunyai sikap yang baik pula.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 1 Makassar, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian diketahi bahwa pengetahuan responden dengan kategori baik lebih banyak, dibandingkan pengetahuan dengan kategori kurang.
2. Dari hasil penelitian diketahi bahwa sikap responden dengan kategori baik lebih banyak, dibandingkan sikap responden dengan kategori kurang.
3. Ada hubungan antara pengetahuan tentang dampak rokok bagi kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok di SMK Negeri 1 Makassar.
B. Saran
Beberapa saran berkaitan dengan hasil penelitian ini antara lain :
1. Bagi orang tua, agar tetap selalu memberikan perhatian yang lebih kepada anak-anaknya untuk tetap selalu memberikan pemahaman mengenai dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok.
2. Bagi Kepala Sekolah dan guru Bimbingan Konseling di sekolah memerlukan adanya atau bahkan peningkatan kerja sama dengan instansi terkait misalnya Dinas Kesehatan Kota Makassar sebagai nara sumber untuk memberikan layanan informasi, yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang dampak rokok bagi kesehatan agar dapat terbentuk sikap yang lebih baik lagi untuk dapat menghindari dari keinginan merokok.
3. Bagi para siswa dapat lebih menyadari tentang betapa pentingnya kesehatan untuk dirinya, sehingga untuk melakukan aktivitas merokok dibuang jauh-jauh dalam pikirannya agar dapat menjadi orang yang lebih sehat dan dapat terhindar dari berbagai penyakit yang diakibatkan oleh rokok.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Sean, 2001. The 7 Habits of higly effective Teens (7 Kebiasaan Remaja yang sangat efektif). Binarupa Aksara, Jakarta.
Darvill Wendy & Powell Kesley. 2002. The Puberty Book (Panduan Untuk Remaja). Jakarta. Gramedia.
Gondodiputro, Sharon, 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk – Bentuk Sediaan Tembakau. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung.
Helmi, Avin dan Komalasari, Dian, 2005. Faktor – Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hendrik, 2003. Sekilas Tentang Knowledge Management. Artikel popular ilmu computer, Jakarta.
Hurlock B Elizabeth, 1999. Psikologi Perkembangan. PT. Gramedia, Jakarta.
Iskandarsyah, Aulia, 2006. Remaja dan Permasalahannya. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran, Bandung.
Mar’at, 1981. Sikap Manusia dan Pengukurannya. PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Monique, A, 2001. Menghindari Merokok. Cetakan II, PT. Balai Pustaka, Jakarta.
Notoadmojo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurlailah, 2000. Pengaruh Merokok Terhadap Jantung Koroner Rawat Jalan RSU Pusat. Dr.Moh. Hosein Palembang. Skripsi FKM USU Medan.
Nusantaranews, 2009. 10 Negara dengan Jumlah Perokok Terbesar di Dunia. Diakses pada tanggal 1 juli 2010. http://www.nusantaranews.wordpress.com tentang 10 negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia.
Peraturan Pemerintah RI no. 19 tahun 2003. Tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007. Laporan Provinsi Sulawesi Selatan. Depkes RI, Jakarta.
Saifuddin Azwar, 2003. Sikap manusia dan Perubahannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sarlito, 1997. Psikologi Sosial Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto, Jakarta.
WHO, 2008. Who report on the Global Tobacco Eppidemic. WHO. Available from : http://www.who.int/tobacco/mpower/mpoerw_report_full_2008.pdf. Diakses pada tanggal 2 juli 2010
Wikipedia, 2010. Rokok dan Jenis Rokok. Diakses pada tanggal 1 juli 2010. http://www.wikipedia.com tentang rokok dan jenis rokok.
Yusuf, H, Syamsu, 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT. Remaja Karya, Bandung.

Tidak ada komentar: