Rabu, 01 Desember 2010

SKIRIPSI MALARIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Penyakit ini paling penting diantara penyakit parasit yang terjangkit pada manusia yang menjangkiti 103 negara yang endemis dengan jumlah populasi lebih dari 2,5 milyar orang dan menyebabkan 1 hingga 3 juta kematian setiap tahunnya. Penyakit malaria kini telah terbasmi di Amerika Utara, Eropa, dan Rusia; namun demikian, kendati ada upaya pengendalian yang luar biasa, penyakit ini tampak timbul kembali pada banyak kawasan tropis. Disamping itu resistensi parasit malaria terhadap pengobatan menyebabkan peningkatan permasalahan disebagian besar daerah malaria. Malaria tetap terdapat pada saat ini seperti yang terdapat untuk berabad-abad lamanya, menjadi beban utama bagi masyarakat yang tinggal dikawasan tropis (Horisson, 1999).
Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis, seperti beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan saat ini di seluruh dunia sekitar 300 juta sampai 600 juta kasus klinis malaria dijumpai setiap tahun (WHO,2000) dan penyakit menular melalui vektor nyamuk Anopheles tersebut mampu membunuh anak setiap 20 detiknya dan menjadi penyakit paling mematikan (Muhktar, 2003 ).
Di Indonesia malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Derajat endemisitas malaria di Indonesia berbeda antara satu daerah dengan daerah lain (Pribadi dan Sungkar, 1994). Data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan jumlah penderita malaria klinis diseluruh Indonesia mencapai 15 juta orang dan 43 ribu diantaranya meninggal. Jumlah penderita malaria cenderung mengalami kenaikan pertahunnya. Tahun 2006, wabah malaria dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di 7 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.107 orang, 23 diantaranya meninggal. Sedangkan tahun 2007 KLB terjadi di 8 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.256 orang dan mengakibatkan 74 penderitanya meninggal dunia (Zubersafawi, 2009). Khusus data laporan bulanan penyakit malaria di Puskesmas Momunu tahun 2008, penyakit malaria menempati urutan kedua setalah penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan jumlah penderita 2.974 kasus.
Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kota Bima tahun 2009 dari 10 penyakit besar yang ada, malaria menempati urutan pertama dengan jumlah penderita 7.504 kasus. Di Kecamatan Madapangga, berdasarkan laporan bulanan penemuan dan pengobatan malaria diwilayah kerja puskesmas madapangga dibulan januari sampai desember tahun 2007 dengan jumlah penderita 503 kasus (27,34%), pada tahun 2008 dengan jumlah penderita 707 kasus (38,43%), sedangkan pada tahun 2009 dengan jumlah penderita sebanyak 584 kasus (27,94%), dan dibulan januari sampai bulan mei tahun 2010 dengan jumlah penderita sebanyak 116 kasus (6,3%).
Melihat dari fenomena ini, ada asumsi penyebab tingginya kejadian malaria berhubungan dengan terjadinya perubahan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan dimekarkannya kecematan Bolo menjadi kecematan Madapangga. Hal ini tentunya akan membawa perubahan yang cukup signifikan bagi kecematan Madapangga sebagai kecematan yang baru. Secara tidak langsung juga akan mempengaruhi perilaku masyarakat setempat. Adanya perubahan perilaku masyarakat tentunya akan mempengaruhi gaya hidup. Salah satu contoh perilaku masyarakat yang dan dapat berhubungan dengan kejadian malaria yaitu adanya kebiasaan berada diluar rumah pada malam hari sehingga mempermudah gigitan nyamuk Anopheles yang mempunyai sifat eksofili dan eksofagi.
Beberapa penelitian sebelumnya telah menganalisis hubungan perilaku dengan kejadian malaria. Penelitian Amirsyah dkk (2002) digugus kepulauan Aceh menemukan bahwa kebiasaan penduduk yang masih suka berada diluar rumah pada malam hari sehingga merupakan salah satu faktor penyebab transmisi malaria. Penelitian lainnya dilakukan oleh Curtis di Cina (1994) menyebutkan bahwa kelambu celup deltametrin dapat melindungi penduduk dari gigitan nyamuk Anopheles Dirus yang bersifat endofagik dan eksofilik, dan di Malasyia Yap et al (1990) melaporkan bahwa pemakaian obat nyamuk bakar mengandung bahan aktif d - allethrin dan d - transfluthrin dapat mengurangi gigitan nyamuk sebanyak 70 %. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya kebiasaan dan sikap masyarakat merupakan salah satu faktor pendukung penyebaran malaria.
Berdasarkan fenomena diatas dapat dilihat bahwa perilaku masyarakat masih menjadi masalah terhadap kejadian malaria diwilayah Puskesmas Madapangga, sehingga dapat digambarkan bahwa perilaku masyarakat masih menjadi faktor yang perlu diperhatikan untuk mencegah kejadian malaria. Dari beberapa faktor yang ada di wilayah Puskesmas Madapangga peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai hubungan perilaku masyarakat dengan kejadian malaria diwilayah Puskesmas Madapangga yang meliputi kebiasaan masyarakat berada diluar rumah pada malam hari, pemakaian kelambu pada saat tidur dan penggunaan obat anti nyamuk.
Berdasarkan uraian latar belakang peneliti melakukan penelitian tentang malaria kaitanya dengan faktor tersebut. Dengan judul penelitian “hubungan perilaku masyarakat dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Madapangga Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara kebiasaan berada diluar rumah dengan kejadian malaria diwilayah Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima ?
2. Apakah ada hubungan antara pemakaian kelambu dengan kejadian malaria diwilayah Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima ?
3. Apakah ada hubungan antara pemakaian obat anti nyamuk dengan kejadian malaria diwilayah Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan perilaku masyarakat dengan kejadian malaria di wilayah Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan berada diluar rumah pada waktu malam hari dengan kejadian malaria pada penderita malaria di wilayah Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.
b. Untuk mengetahui hubungan pemakaian kelambu dengan kejadian malaria pada penderita malaria di wilayah Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.
c. Untuk mengetahui hubungan penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian malaria pada penderita malaria di wilayah Puskesmas Madapangga Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bima dalam rangka penentuan arah kebijakan program pemberantasan malaria di Kabupaten Bima.

b. Bagi Puskesmas Madapangga penelitian ini dapat menjadi data dasar dan sumber informasi penting bagi petugas P2 Malaria dalam program pemberantasan penyakit Malaria.
2. Manfaat Pada Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu bahan bagi peneliti berikutnya.
3. Manfaat bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang keberadaan malaria di Kabupaten Bima mengingat lokasi penelitian adalah daerah tempat tinggal peneliti.

Tidak ada komentar: