Rabu, 22 Desember 2010

SKRIPSI ->HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUA MAKASSAR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di Negara berkembang, ternyata diare juga masih merupakan masalah utama di Negara maju. Di Amerika, setiap anak mengalami 7-15 episode diare dengan rata-rata usia 5 tahun, 9% anak yang dirawat di Rumah Sakit dengan diare berusia kurang dari 5 tahun, dan 300-500 anak meninggal setiap tahun. Di Negara berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 kali pertahun (WHO, 2005)
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate(CFR) 2,92%. Kasus diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari berkisar 20% dari total kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk usia di bawah 3 tahun.
Sampai saat ini kejadian diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi Selatan. Walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan juga dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan diare ini masih sering menimbulkan KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian.
Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar 2007, jumlah penderita diare sebanyak 52.278 orang dan 14.493 atau sebesar 28 % diantaranya adalah balita. Secara keseluruhan dilaporkan 10 penyakit diare yang meninggal dunia. Untuk penderita diare, masih menurut data hasil survailans, paling banyak diderita oleh warga berusia antara 1-4 tahun atau yang masih tergolong balita. Pada usia ini, jumlah penderita adalah sebanyak 7.379 orang. Data surveilens juga menyebutkan penderita diare dari warga Sulawesi Selatan yang berusia 5-9 tahun mencapai 2.955, usia 10-14 tahun sebanyak 1.746 orang, usis 15-19 tahun sebanyak 1.467, usia 55-59 tahun sebanyak 856 orang, usia 60-69 tahun sebanyak 1.125 orang dan diatas usia 70 tahun sebanyak 554 orang. (Dinkes Sul-Sel 2009).
Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka insidens dan angka fatalitas kasus kejadiaan diare diantaranya adalah peningkatan cakupan air bersih dan jamban keluarga, penyuluhan kesehatan, penemuan dan pengobatan penderita, serta pemasyarakatan atau penggunaan oralit, baik malalui unit pelayanan kesehatan maupun melalui kegiatan lintas sektoral termasuk posyandu telah dilakukan oleh jajaran dinas kesehatan.
Program air minum dan jamban keluarga (samijaga) telah digalakkan sejak tahun 1974, dengan harapan angka kesakitan dan kematian akibat diare akan berkurang. Namun demikian hingga kini kejadian diare masih tetap merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian, khususnya yang terjadi pada bayi dan anak dibawah umur lima tahun (balita). (julianto P dan B, 1999).
Data diare yang diperoleh dipuskesmas Batua kota Makassar memberikan gambaran bahwa dari 10 penyakit yang menonjol, salah satu adalah diare menempati urutan ke- 2 yaitu pada tahun 2006 kejadian diare sebanyak 1790 orang, dan pada tahun 2007 kejadian diare sebanyak 1.815 orang, dan pada tahun 2008 kejadian diare sebanyak 1.905 sedangkan pada tahun 2009 kejadian diare sebanyak 791orang.
Berdasarkan uraian di atas bahwa masalah sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kejadian diare sehingga penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian di puskesmas Batua kota Makassar untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar?
2. Apakah ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar?
3. Apakah ada hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar?
4. Apakah ada hubungan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar.
b. Untuk mengetahui hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar.
c. Untuk mengetahui hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar.
d. Untuk mengetahui hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Depertemen kesehatan dalam perbaikan lingkungan pemukiman.
2. Perguruan tinggi
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai kesehatan lingkungan.
3. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat mengenai kesehatan lingkungan dan penyakit yang berhubungan dengan lingkungan.

Tidak ada komentar: