Kamis, 16 Februari 2012

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

1. Konsep Medis 1. Pengertian Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia atau suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multisistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan difesiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat ( Brunner dan Suddarth ). Pengertian lain dari diabetes melitus yaitu berupa gangguan metabolisme karbohidrat,yang disebabkan kekurangan insulin relatif atau absolut yang dapat timbul pada berbagai usia dengan gejala, hyperglikemmia, glikosuria, poliuria, polidipsi, polipagi, kelemahan umum, dan penurunan berat badan. 2. Etiologi Penyebab diabetes melitus belum diketahui pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan. Diabetes mellitus dapat dibedakan atas dua yaitu : 1. Diabetes type I (Insulin Depedent Diabetes Melitus/IDDM ) tergantung insulin dapat disebabkan karena faktor genetik, imunologi dan mungkin lingkungan misalnya infeksi virus.  Faktor genetik, penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes type 1.  Faktor immunologi, pada diabetes type 1 terdapat bukti adanya suatu proses respon autoimun.  Faktor lingkungan, virus ataau vaksin menurut hasil penelitian dapat memicu destruksi sel beta atau dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel beta. 2. Diabetes type II (Non Insulin Depedent Diabetes Melitus /NIDDM) yaitu tidak tergantung insulin. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan penting dalam proses terjadinya resistensi insulin. 3. Patofisiologi Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh. Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%. Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter. 4. Mekanisme Klinik 1. Gejala utama adalah akibat tingginya kadar gula darah (hyperglikemia ) antara lain poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), polipagi (banyak makan). 2. Kelainan kulit yaitu gatal-gatal. 3. Kelainan ginekologis misalnya keputihan. 4. Kesemutaan, rasa gatal. 5. Kelemahan tubuh. 6. Luka yang tidak sembuh. 7. Infeksi saluran kemih. 8. Penurunan berat badan. 5. Penatalaksanaan Medis Ada lima (5) komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus yaitu : 1. Diet Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes mielitus.  Penentuan gizi, hitung persentase, Relatief Body Weigth.  Jika kerja berat atau latihan berat maka jumlah kalori bertambah.  Untuk klien DM pekerja biasa: 1) Kurus; < 90% : BB x 40-60 kal/hr. 2) Normal; 90-110% : BB x 30 kal/hr. 3) Gemuk; > 110% : BB x 20 kal/hr.  Komposisi diet 1) Lemak 20% 2) Protein 20% 3) Karbohidrat 60% 2. Latihan atau Olahraga Menimbulkan penurunan kadar gula darah yang disebabkan oleh tingginya penggunaan glukosa didarah perifer dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Tidak berlaku bagi klien dengan kadar gula darah tinggi. 3. Pemantauan Glukosa 4. Terapi atau Obat-obatan Pengobatan dengan oral, hipoglikemik agent yaitu bagi klien yang belum pernah mendapat terapi insulin, ibu atau klien yang tidak hamil, pasien gemuk dan pasien yang berusia >40 tahun. Pengobatan dengan injeksi insulin 2 x/hari atau bahkan lebih sering lagi dalam sehari. 5. Pendidikan dan Pertimbangan Perawatan di Rumah Diabetes merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup, sehingga harus belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari. Pasien diabetes juga harus memiliki perilaku prepentif dalam gaya hidupnya untuk mencegah komplikasi sehingga memerlukan pendidikan atau informasi. 6. Pemeriksaan Penunjang dan Komplikasi a. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu,kadar glukosa darah puasa, kemudian diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral standar. Untuk kelompok resiko tinggi DM, seperti usia dewasa tua, tekanan darah tinggi,obesitas, dan adanya riwayat keluarga, dan menghasilkan hasil pemeriksaan negatif, perlu pemeriksaan penyaring setiap tahun. 2. Tes Toleransi Glukosa Oral/TTGOTes ini telah digunakan untuk mendiagnosis diabetes awal secara pasti, namun tidak dibutuhkan untuk penapisan dan tidak sebaiknya dilakukan pada pasien dengan manifestasi klinis diabetes dan hiperglikemia. 3. Tes Benedict Pada tes ini, digunakan urin sebagai spesimen, sebagai reagen dipakai, Rothera agents,dan amonium hidroxida pekat Test ini berguna untuk mendeteksi adanya aceton dan asam asetat dalam urin, yang mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis akibat DM kronik yang tidak ditangani. Zat-zat tersebut terbentuk dari hasil pemecahan lipid secara masif oleh tubuhkarena glukosa tidak dapat digunakan sebagai sumber energi dalam keadaan DM,sehingga tubuh melakukan mekanisme glukoneogenesis untuk menghasilkan energi. Zat awal dari aceton dan asam asetat tersebut adalah Trigliseric Acid/TGA, yang merupakan hasil pemecahan dari lemak. b. Komplikasi  Akut 1.)Hypoglikemia 2.)Ketoasidosis 3.)Diabetik  Kronik 1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. 2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, 3) nefropati diabetic. 4) Neuropati diabetik. 2. Konsep Keperawatan 1. Penyimpangan KDM 2. Pengkajian keperawatan Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus : a. Aktivitas dan istirahat : Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma. b. Sirkulasi Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung. c. Eliminasi Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat. d. Nutrisi Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah. e. Neurosensori Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung. f. Nyeri Pembengkakan perut, meringis. g. Respirasi Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas. h. Keamanan Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum. i. Seksualitas Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. 3. Diagnosa keperawatan Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu : a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik. b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral. c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia. d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit. e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik. f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangkapanjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain. g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi. 4. Rencana Keperawatan a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik. Tujuan :  Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal. Intervensi : 1. Pantau tanda-tanda vital. Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. 2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa. Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat. 3. Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine. Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan. 4. Timbang berat badan setiap hari. Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti. 5. Berikan terapi cairan sesuai indikasi. Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual. b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral. Tujuan :  Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat  Menunjukkan tingkat energi biasanya  Berat badan stabil atau bertambah. Intervensi : 1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien. Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik. 2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi. Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya). 3. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural. Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang. 4. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi. Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien. 5. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi. Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel. c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia. Tujuan :  Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.  Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi. Intervensi : 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial. 2. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri. Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang. 3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif. Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman. 4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi. 5. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam. Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret. d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit. Tujuan :  Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.  Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori. Intervensi : 1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental. Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal 2. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya. Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas. 3. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya. Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya. 4. Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki. Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan. e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik. Tujuan :  Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.  Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan. Intervensi : 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah. 2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup. Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan. 3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas. Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis. 4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi. Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi. f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain. Tujuan :  Mengakui perasaan putus asa  Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.  Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri. Intervensi : 1. Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan. Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah. 2. Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga. Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping. 3. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya. Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi. 4. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri. Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi. g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi. Tujuan :  Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.  Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.  Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan. Intervensi : 1. Ciptakan lingkungan saling percaya Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar. 2. Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya. Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup. 3. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat. Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program. 4. Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat. Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat. DAFTAR PUSTAKA 1. Price Wilson, 1995, Pathofisiologi II Edisi 4, EGC, Jakarta. 2. Brunner & Suddart, 2001, Keperawatn Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC, Jakarta. 3. Corwin Elisabeth J., 2000, Pathofisiologi, EGC, Jakarta. 4. Doenges, Moorhouse & Geisser, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar: